Lebaran adalah momen yang sangat dinantikan oleh seluruh umat muslim di dunia. Pasalnya momen inilah waktu yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga.Â
Menjadi istri prajurit TNI bukanlah suatu hal yang mudah karena kami harus rela mengorbankan kepentingan keluarga untuk kepentingan negara.Â
Rasa sedih dan haru pastinya harus kami rasakan jika waktu lebaran tiba namun kami tidak bisa berkumpul dengan keluarga atau pulang ke kampung halaman lantaran suami harus memenuhi panggilan ibu Pertiwi.
Pada awalnya hal ini membuat saya sedih, namun wejangan-wejangan sebelum menikah membuat saya kian menyadari akan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang istri prajurit. Seiring dengan berjalanya waktu, saya sudah mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini. Dan di sinilah kesetiaan saya diuji.
Beri pengertian kepada anak
"Kenapa sih kok ayah enggak libur kaya ayah temen-temen aku?" Protes anak-anak ketika mengetahui ayahnya tidak mendapatkan libur pada saat hari raya.
Tahun 2020 lalu, pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) ayah mereka tidak mendapatkan libur. Tahun ini mereka ada sedikit khawatir tidak libur kembali. Tahun ini mereka ada sedikit khawatir tidak libur kembali.
Di sinilah saya sebagai ibu harus berperan baik agar mereka bisa menerima dengan lapang dada. Walaupun kadang masih ada terselip kesedihan saat melihat teman-teman mereka sedang bercanda dengan ayah mereka.Â
"Nak, ayah kalian itu adalah seorang prajurit TNI yang harus selalu siap siaga menjaga keamanan negara. Ayah-ayah lain yang sesama prajurit juga sama, terkadang harus berdinas saat hari atau momen penting. Bersabarlah dan doakan semoga ayah selalu dalam keadaan selamat dan sehat wal'afiat." Saya berusaha mencoba untuk memberikan pengertian kepada mereka.
Melihat wajah-wajah yang masih cemberut, membuat saya tergelitik untuk membuat sebuah candaan. "Nak, negara aja di jagain dan di sayang apalagi kita. Iya nggak?" secara spontan mereka langsung tertawa.Â