Informasi yang kita sampaikan ini secara otomatis bisa menjadi konsumsi publik, siapa saja bisa membacanya.
Oleh karenanya penggunaan media sosial kiranya perlu diperhatikan lagi. Bukan untuk menghentikan perkembangannya atau menjadikan kita antipati terhadap media sosial, tapi untuk memaksimalkan penggunaannya. Agar suatu saat tidak menjadi bumerang untuk kita sendiri.
Jangan gampang Baper sama status orang.
Media sosial saat ini menjadi wadah untuk siapa saja yang ingin menyampaikan sesuatu mulai dari perjalanan wisata, pendidikan, karir, tidak sedikit yang memposting tetang kehidupan rumah tangganya, atau bahkan bisa menjadi sarana untuk perang status.
Jangan mudah menyimpulkan status orang. Misalnya kalau dia memposting foto liburan lantas kita langsung baper dan bilang "riya" padahal bisa jadi hati kita yang sedang hasad.
Atau ada yang memposting hal-hal tentang agama misalnya, lalu kita bilang "sok agamis atau sok suci" padahal status itu untuk pengingat dirinya sendiri.Â
Kata-kata itu tidak bernada. Seringkali nadanya tergantung pada situasi hati sang pembacanya.
Jadi pada saat kita sedang membuka media sosial, pastikan dahulu kita berada pada situasi hati atau mood yang baik. Kenapa? Karena bila kita menemukan status yang tidak baik, kita tidak ikut terlalu baper. Atau bisa-bisa kita salah persepsi pada orang yang membuat status itu.
Status kita menentukan siapa diri kita. Apa yang kita tulis bisa kembali ke kita. Tulis dan posting lah yang bisa mendatangkan manfaat untuk kita dan yang membacanya. Jadi bagi saya, media sosial merupakan wadah untuk bisa menambah wawasan dan pengetahuan, selain bisa menjadi sarana silaturahmi yang baik. Â
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H