Tidak terasa hari ini telah memasuki Ramadan hari ke-18, kurang lebih duabelas hari lagi kita akan menyambut hari raya Idul Fitri.Â
Hari raya Idul Fitri atau lebaran adalah hari kemenangan yang kehadiarannya sangat dinantikan oleh seluruh umat muslim di dunia. Setelah satu bulan lamanya kita berpuasa menahan segala macam godaan dan hawa nafsu, kini saatnya kita merayakannya bersama.
Banyak hal seru yang bisa kita temui saat lebaran tiba, mulai dari berbondong-bondong berangkat ke lapangan untuk salat sunnah Idul Fitri, sungkeman meminta maaf pada orangtua dan keluarga lainya, mencicipi masakan dan kue khas lebaran, saling mengunjungi, sampai bercengkrama menceritakan berbagai hal.
Ada satu hal tradisi saat lebaran tiba, yaitu salam tempel atau bagi-bagi angpao lebaran. Tradisi ini sudah umum di lakukan oleh umat muslim terutama di Indonesia.Â
Menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salam tempel adalah salam yang disertai uang atau angpao berisi uang dan sebagainya yang diselipkan dalam tangan orang yang disalami.Â
Salam tempel biasanya yang paling di nanti-nanti oleh anak. Karena mereka akan mendapatkan "uang jajan" yang lebih dari biasanya. Dan ada wajah-wajah sumringah mereka saat mereka menerima angpao tersebut dan itu membuat saya semakin bahagia melihatnya.
Ada beberapa hikmah yang terkandung di dalam tradisi ini yang bisa kita ajarkan kepada anak yaitu:
- Mengajarkan untuk BerbagiÂ
Rejeki yang kita dapat, sebagiannya ada jatah orang lain yang harus kita keluarkan. Oleh karenanya dengan tradisi ini kita sudah menunaikan kewajiban kita untuk mengeluarkan zakat.
Saat lebaran, waktu yang sangat tepat juga untuk mengajarkan anak tentang kedermawanan. Bagaimana dalam hidup ini kita diwajibkan untuk berempati, termasuk berbagi dengan sesama.Â
Jika banyak om, tante atau saudara yang rela membagikan uangnya untuk angpao tersebut, lalu kenapa kita tidak mengajak si kecil untuk membagi sedikit kebahagiaan juga untuk orang lain lewat beramal bagi mereka yang membutuhkan?
Â
- Ajarkan anak untuk tidak bermental pengemis.
Karena sudah menjadi hal biasa jadi "meminta" angpao pada orang lain menjadi hal yang dianggap baik. Namun, ada baiknya bila kita membiasakan pada anak untuk tidak meminta bila tidak diberi.Â
Biasanya saya selalu mengingatkan ketiga anak saya untuk "jangan pernah meminta, tapi kalau di kasih diterima dan ucapkan terimakasih om/tante."
Sangat tidak baik menjadikan anak kita bermental pengemis, yang bila tidak di beri lalu "meminta-minta".
- Mengajarkan anak untuk belajar berhitung, berdiskusi dan menabung.
Uang yang anak dapat dari angpao biasanya berjumlah besar. Nah, pada saat ini kita jangan lupa juga mengajarkan mereka untuk berhitung, berdiskusi, dan menabung.Â
Dari jumlah uang yang mereka terima, biasanya saya dan anak-anak berdiskusi membuat kesepakatan berapa uang yang akan di pakai untuk jajan, untuk membeli mainan, dan sisanya untuk ditabung. Hal ini saya lakukan agar anak tidak langsung menghabiskan uang dalam satu waktu atau pemborosan.
Menyenangkan bukan? Namun hal yang perlu di perhatikan oleh kita sebelum melaksanakan tradisi ini adalah menghitung berapa jumlah uang yang akan kita bagi, agar kita tidak kebablasan.
Jangan lupa juga untuk memberikan nama pada angpao yang akan kita beri ke kerabat dan keluarga, agar mereka mendapatkan porsi yang sesuai dengan usianya. Biasanya saya memberikan isi angpao sesuai dengan umur mereka, misal: anak dibawah 5 tahun itu isi nya uang pecahan Rp. 5.000 sebanyak empat lembar, untuk usia SD sejumlah Rp.50.000 dan seterusnya. Semakin tinggi tingkat sekolahnya makin besar nilai rupiahnya. SSStttt, ada angpao tambahan juga yang saya siapkan untuk mereka yang puasanya tamat sampai sebulan loh.
Walaupun tahun ini juga tidak bisa mudik sama seperti tahun yang lalu. Sedih memang namun, semangat Idul Fitri jangan sampai berkurang ya teman-teman.
Barakallahu Fiikum.
Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H