Karena dianggap sebagai istri yang tidak bisa menghormati dan menghargai suami, akhirnya terjadi perselingkuhan.
Sehingga angka perceraian dan perselingkuhan akan meningkat.
Dampak lainnya yang terjadi adalah pada anak. Maraknya tempat penitipan anak dan banyaknya lowongan sebagai pengasuh anak yang hilir mudik, membuktikan bahwa peran ibu dalam rumah tangga belum tertangani dengan baik.Â
Sehinggaa kualitas dan kuantitas waktu yang diterima oleh anak menjadi hal yang langka. Hilangnya kualitas dan kuantitas waktu yang ada akan menjadi celah anak untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, atau bahkan akan lahir kenakalan-kenakalan pada anak dan remaja.
Dari 10 kasus kenakalan remaja yang saya temui di beberapa sekolah, menyimpulkan bahwa 8 di antaranya adalah karena tidak adanya atau kurangnya perhatian orang tua mereka terutama ibu.Â
Mengapa ibu? Karena ibu adalah tempat yang paling aman dan baik untuk berbagi cerita dan berkeluh-kesah.
Hilangnya tempat berbagi cerita dan berkeluh-kesah di rumah akan mendorong anak untuk mencarinya di luar rumah, maka hal inilah yang akhirnya di jadikan kesempatan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang hanya mementingkan kepentingan pribadi.Â
Menurut saya tidak masalah mengenai pengaplikasian dari gila Kerjanya. Namun, melupakan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang wanita/ibu dalam kehidupan sehari-hari yang membuat kata emansipasi menjadi terdengar sangat miris.Â
Oleh karenanya, yuk wanita Indonesia kita bangun kembali opini yang telah dicetus oleh Kartini. Bahwa wanita itu bisa hebat dalam keluarga dan pekerjaan asal dia tidak melupakan apalagi menghilangkan batasan antara hak dan kewajibannya.Â
Dan jadilah "rumah" yang baik untuk keluarga kita. Agar generasi yang kita lahirkan akan menjadi generasi yang gemilang.
Semoga menginspirasi.