Mohon tunggu...
Laras Luna
Laras Luna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Eksistensi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi di Sektor Pendidikan

22 Januari 2025   18:27 Diperbarui: 22 Januari 2025   18:27 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekarang ini zaman sudah semakin maju dan dengan itu kita dihadapka dengan tantangan untuk sapat beradaptasi mengikuti kemajuan zaman tersebut. Semakin majunya teknologi maka kebudayaan yang dirasa sudah "kuno" mulai terlupakan eksistensinya. Banyak orang yang mulai melupakan kebudayaan yang dahulu karena takut tertinggal zaman dengan yang lainnya. Namun, leluhur kita sudah sangat menjaga kebudayaan tersebut agar dapat terus terwariskan dari xaman ke zaman. Sama halnya dengan pendidikan. Saat ini pendidikan sedang mengalami masa yang sulit untuk menyeimbangkan antara kemajuan teknologi yang canggih dan dengan pelestarian kearifan lokal.

            Dahulu generasi tahun 2000 diberikan pembelajaran khusus mengenai kebudayaan lokal, seperti makanan daerah, baju adat, permainan daerah, dan juga lagu daerah. Namun, hal tersebut sudah tergantikan dengan buku-buku pembeajaran mengenai software atau IoT. Bahkan, anak di zaman yang sudah maju ini disarankan untuk dapat menggunakan teknologi dengan baik. Memang benar kita harus mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal. Tetapi, bukan berarti kita melupakan pembelajaran mengenai kebudayaan lokal. Jika kebudayaan kita terlupakan oleh generasi muda maka eksistensi budaya kita akan semakin lama mulai memudar bahkan dapat diperebutkan dengan negara asia lain seperti Malaysia dan negara disekitarnya. Jika hal tersebut terus terjadi maka eksistensi kebudayaan yang dijaga oleh nenek moyang kita terancam punah.

            Hingga saat ini, kesenjangan pendidikan di Indonesia masih merupakan salah satu tantangan utama. Di satu sisi, kota-kota besar telah dilengkapi dengan teknologi mutakhir yang mendukung proses pembelajaran, seperti penggunaan komputer, internet, dan perangkat digital lainnya. Namun, di sisi lain, daerah terpencil masih menghadapi kesulitan dalam mengakses fasilitas pendidikan dasar. Situasi ini menciptakan ketimpangan yang signifikan antara anak-anak yang tinggal di perkotaan dan di pedesaan. Padahal, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang setara, terlepas dari lokasi tempat tinggal mereka.

Lebih jauh lagi, perubahan sistem pendidikan yang terlalu berfokus pada teknologi juga mengurangi kesempatan untuk memahami nilai-nilai budaya lokal. Banyak siswa yang mulai kehilangan kesadaran akan pentingnya melestarikan identitas budaya mereka sendiri. Contohnya, materi tentang seni tari tradisional, cerita rakyat, atau pembuatan kerajinan tangan khas daerah kini jarang diajarkan di sekolah. Keadaan ini semakin diperburuk dengan minimnya jumlah guru yang memiliki pengetahuan mendalam tentang budaya lokal, sehingga menghambat proses pengajaran kepada generasi muda.

Namun, kita tidak boleh pesimis menghadapi tantangan ini. Ada banyak cara yang bisa diambil untuk menciptakan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pelestarian budaya. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi itu sendiri sebagai alat untuk memperkenalkan budaya kepada generasi muda. Contohnya, merancang aplikasi permainan interaktif yang mengajari tentang adat istiadat, pakaian tradisional, atau masakan khas daerah. Dengan cara ini, anak-anak dapat belajar tentang budaya mereka dengan cara yang menyenangkan sekaligus modern.

Selain itu, penting juga untuk memasukkan pendidikan budaya lokal ke dalam kurikulum nasional. Materi-materi mengenai kebudayaan lokal bisa diintegrasikan dalam pelajaran formal, seperti Bahasa Indonesia, Sejarah, atau Kesenian. Dengan demikian, siswa tidak hanya memahami perkembangan dunia, tetapi juga menyadari pentingnya melestarikan warisan budaya. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan bangga terhadap identitas mereka sendiri.

Peran pemerintah, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan keseimbangan ini. Pemerintah perlu memberikan dukungan berupa kebijakan dan anggaran untuk pelestarian budaya lokal. Sekolah perlu memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan seni dan budaya. Sementara itu, masyarakat, terutama orang tua, juga harus menanamkan pemahaman pada anak-anak tentang nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Selain kebijakan, festival budaya yang rutin diadakan di setiap daerah juga diperlukan. Festival ini tidak hanya berfungsi untuk melestarikan budaya, tetapi juga untuk memperkenalkan budaya kepada masyarakat luas, termasuk generasi muda. Dengan cara ini, budaya lokal tidak hanya menjadi milik satu daerah, tetapi menjadi kebanggaan bersama sebagai bagian dari kekayaan nasional. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya perlu ditingkatkan. Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana yang efektif untuk menyebarluaskan informasi tentang budaya lokal. Misalnya, melalui konten video pendek yang menampilkan tarian tradisional, makanan khas, atau cerita rakyat yang disajikan dengan menarik. Dengan pendekatan ini, generasi muda yang lebih akrab dengan media digital akan lebih mudah tertarik untuk mempelajari budaya mereka.

Pada akhirnya, pelestarian budaya adalah tanggung jawab kita semua. Kemajuan zaman tidak seharusnya menjadi alasan untuk melupakan akar budaya kita. Sebaliknya, teknologi dan budaya harus berjalan beriringan untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijaksana dalam menghargai warisan leluhur. Dengan demikian, kita tidak hanya mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman, tetapi juga tetap menjaga identitas kita sebagai bangsa yang kaya akan budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun