Mohon tunggu...
Larassaty FrisyaBaliansyah
Larassaty FrisyaBaliansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

membaca komik, mendengarkan musik dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Jarang Dipahami, Seperti Apa Sih Sebenarnya Autism Spectrum Disorder?

24 Juni 2022   23:15 Diperbarui: 24 Juni 2022   23:17 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

( https://advantagecaredtc.org/autism-spectrum-disorder/ )

Saat ini, istilah Autism Spectrum Disorder (ASD) masih asing didengar oleh masyarakat. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui kata autisme tanpa mengetahui istilah ataupun maknanya. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ASD dapat membuat mereka asal menyebutkan kondisi penderita ASD dan asal mendiagnosis ASD itu seperti apa. Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ASD mungkin dapat membuat mereka salah tindakan saat menghadapi atau berinteraksi dengan penderita ASD. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kelainan ini mungkin dikarenakan kurangnya kondisi kelainan ini diperjelas secara teoritis. Untuk itu, mari kita bahas ASD yuk!

Autism Spectrum Disorder (ASD)

ASD atau Autism Spectrum Disorder merupakan gangguan perkembangan yang kompleks yang timbul pada usia dini yang  memiliki gejala gangguan dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial serta memiliki gangguan minat dan perilaku berulang-ulang. Penyebab dari ASD belum diketahui secara pasti. Namun beberapa ahli mengatakan bahwa penyebab dari ASD adalah multifaktoral, gangguan biokimia, kombinasi makanan, kebersihan lingkungan, obat-obatan, biologis, hereditas, dsb.

Karakter penderita Autism Spectrum Disorder (ASD) :

  • Pada usia 1 tahun, penderita ASD tidak ada babbling (mengoceh) sebagai bentuk awal kemampuan berbicara
  • Pada usia 16 bulan, penderita ASD belum mampu untuk berbicara 1 kata
  • Pada usia 2 tahun, penderita ASD belum mampu untuk menggabungkan 2 kata
  • Tidak memiliki respon saat namanya dipanggil
  • Enggan mempertahankan kontak mata
  • Tidak memiliki kemampuan berbahasa baik verbal ataupun nonverbal
  • Kurangnya kemampuan menggunakan gerakan nonverbal
  • Cara berbicara yang kaku dan aneh (membeo, mengulai kata-katanya)
  • Fokus pada satu objek yang menurutnya menarik
  • Sulit dalam memahami dan mengontrol emosi.

Klasifikasi Autism Spectrum Disorder (ASD) :

Menurut Kinarki (2018), ASD memiliki klasifikasi, yaitu :

  • Klasifikasi berdasarkan saat timbulnya kelainan, yaitu autisme infantil (sebutan untuk penderita ASD sejak lahir) dan autism fiksasi (sebutan untuk penderita ASD yang gejalanya timbul saat umur dua atau tiga tahun).
  • Klasifikasi berdasarkan interaksi sosial, yaitu autisme kelompok penyendiri, kelompok pasif dan kelompok aktif.
  • Klasifikasi berdasarkan prediksi kemandirian, yaitu autisme prognosis buruk (biasanya terjadi pada 2/3 penyandang autism), prognosis sedang (biasanya terjadi pada 1/4 penyandang autism) dan prognosis baik (biasanya terjadi pada 1/10 penyandang autism).

Menurut Hallahan & Kauffman (2006) terdapat kelainan yang termasuk dalam ASD, yaitu :

  • Autistic Disorder : lebih banyak terjadi pada anak laki -- laki. Penderitanya menarik dari dengan ekstrim dari lingkungan, memiliki gangguan dalam kemampuan berkomunikasi, timbulnya perilakunya terbatas dan berulang pada usia sebelum 3 tahun.
  • Syndrome Asperger (Autisme ringan) : sama dengan autism, namun tidak memiliki permasalahan pada kognitif dan bahasa yang spesifik. Permasalahannya condong pada interaksi sosial. Penderitanya memiliki kemampuan komunikasi dan intelegensi yang lebih tinggi dari penderita autism. Biasanya memiliki ciri -- ciri gangguan tidur, ceroboh dan keras kepala. Biasanya muncul pada usia 4 tahun.
  • Rett Syndrome : awalnya penderita berkembang secara normal, namun perlahan terjadi kemunduran seperti pada kemampuan motorik halus dan gangguan kemampuan berbahasa. Biasanya terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
  • Childhood  Disintegrative  Disorder : hampir sama seperti Rett Syndrome, namun CDD terjadi pada usia 2-10 tahun dan mengalami kemunduran pada fungsisosial, komunikasi dan perilaku.
  • PDD -- NOS (Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specific) : sama seperti autism, hanya lebih ringan dan biasanya muncul setelah usia 3 tahun atau lebih.

Penanganan Autism Spectrum Disorder (ASD) :

Penanganan pada penderita ASD dapat dilakukan dengan terapi, berikut penjelasannya.

  • Terapi fisik atau fisioterapi : terapi ini dapat membantu penderita ASD melatih kekuatan otot, koordinasi dan kemampuan dasar olahraga. Hal ini dilakukan karena penderita ASD tertunda tumbuh kembangnya pada kemampuan motorik.
  • Terapi bermain : terapi ini dapat membantu melatih kemampuan bersosialisasi dan komunikasi penderita ASD.
  • Terapi visual : terapi ini dapat membantu penderita ASD lebih mudah untuk memahami sesuatu.
  • Terapi wicara : terapi ini dilakukan untuk membantu penderita ASD yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
  • Terapi okupasi : terapi ini dilakukan untuk membantu penderita ASD membentuk kemampuan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Terapi biomedis : terapi ini dilakukan karena menurut penelitian, pendeita ASD memiliki gangguan metabolism dalam tubuhnya sehingga halini mempengaruhi susunan saraf pusat. Terapi ini juga menggunakan obat-obatan dalam penanganannya. Biasanya terapi ini akan dilakukan dengan didasari pendekatan DAN (Defeat Autism Now) yang mana jika dokter sudah menjalani pendekatan ini, maka mereka akan menentukan diet khusus, perawatan alternatif ataupun obat untuk penderita ASD.
  • Terapi tingkah laku : terapi ini dilakukan untuk membantu penderita ASD mengubah perilaku negative yang dapat membahayakan dirinya.
  • Applied Behaviour Analysis (ABA) : terapi ini dilakukan untuk membantu penderita ASD meningkatkan kemampuan dan perilaku yang positif.
  • Terapi kemampuan sosial : terapi ini dilakukan untuk membantu penderita ASD agar dapat berinteraksi.
  • Terapi perkembangan : terapi ini dilakukan untuk membantu penderita ASD meningkatkan kemampuan kecerdasan, sosial dan emosional.
  • Terapi sensori : terapi ini dilakukan untuk membantu penderita ASD mengenali sensorik seperti sentuhan, penglihatan, bau, rasa, suara maupun gerakan.

Nah, berdasarkan pemaparan diatas, apakah kalian sudah mengerti tentang Autism Spectrum Disorder ?. Dengan adanya pemaparan ASD secara teoritis, diharapkan masyarakat lebih paham lagi tentang ASD. Hal ini baik untuk kita lakukan agar kita dapat mengayomi, berinteraksi dan melindungi mereka serta kita tidak semena -- mena terhadap mereka. Karena sejatinya, mereka sama seperti kita, hanya saja mereka membutuhkan perhatian dan bimbingan yang lebih dari kita.

Referensi :

Heidyana, d. A. (2022, May 08). Ragam Terapi untuk Penderita Autis. Retrieved from klikdokter.com: https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2859762/ragam-terapi-untuk-penderita-autis

Irvan, M. (2017). GANGGUAN SENSORY INTEGRASI PADA ANAK DENGAN AUTISM SPECTRUM DISORDER. Jurnal Buana Pendidikan Tahun XI, no. 23, Februari 2017.

Maghfiroh, M. I. (2019). PSIKOEDUKASI AUTISME (AUTISM SPECTRUM DISORDER).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun