Mohon tunggu...
Larasati Cahyanti
Larasati Cahyanti Mohon Tunggu... -

as known as Sate

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kurangnya Filtrasi Pada Televisi

9 Desember 2014   23:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:40 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Televisi merupakan media elektronik yang berbentuk gambar dan suara. Televisi berfungsi sebagai jembatan antara media massa dengan masyarakat untuk mendapatkan berbagai informasi dari dalam negeri maupun luar negeri secara cepat dan jelas. Televisi menyajikan bermacam-macam tayangan seperti hiburan,  olahraga, gaya hidup, berita politik, dan tayangan-tayangan lainnya yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Tayangan yang disiarkan televisi ada yang bisa disaksikan oleh semua tingkat usia dan ada juga yang hanya bisa di saksikan oleh sebagian tingkat usia saja. Biasanya tayangan itu ditandai dengan simbol di salah satu sudut layar televisi, simbol tersebut berupa “SU” (Semua Umur), “BO” (Bimbingan Orang tua), “R” (Remaja), dan “D” (Dewasa). Dengan adanya simbol tersebut kita bisa membedakan tayangan mana yang bisa ditonton oleh anak-anak maupun tidak.

Tayangan televisi banyak memberikan dampak positif yang bisa didapat. Dampak positif tersebut berupa hiburan yang bisa mengusir rasa lelah maupun bosan, kemudian tayangan edukasi yang berguna bagi para pelajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yg baru, dan selain itu televisi juga menyajikan  informasi kepada masyarakat berupa berita tentang berbagai hal seperti berita politik, ekonomi, dan kriminalitas. Namun, televisi juga terdapat dampak negatifnya. Banyaknya orang tua yang  tidak mengawasi anaknya dalam menyaksikan tayangan-tayangan televisi merupakan salah satu penyebabnya, sehingga anak-anak bebas menonton apa yang mereka inginkan, seperti tayangan kekerasan yang bukan seharusnya mereka tonton. Akibatnya, banyak anak-anak meniru apa yang sudah mereka tonton sebelumnya.

Pertengahan Oktober 2014 lalu terdapat insiden yang mengakibatkan seorang bocah kelas 3 SD bernama Ferdi terluka akibat menirukan aksi pada suatu acara di televisi. Ferdi dan sepupunya, Ardan, sangat suka menonton suatu acara di televisi yang berkonten kekerasan. Lalu terinspirasi-lah mereka membuat panah-panahan agar mereka dapat menirukan idolanya pada acara tersebut. Panah-panahan tersebut di uji coba-kan ke arah Ferdi, satu sampai dua kali panah tersebut tidak sampai ke tubuh Ferdi, lalu pada uji coba ke tiga panah tersebut langsung menusuk mata sebelah kanan Ferdi, sampai akhirnya Ferdi harus menjalani operasi, sampai detik ini mata sebelah kanan  Ferdi masih belum dapat melihat dengan jelas.

Tidak hanya Ferdi yang menjadi korban acara televisi. Ada beberapa anak yang menjadi korban hingga tewas akibat acara televisi gulat smackdown. Sejak dahulu Smackdown memang populer di Indonesia namun acara tersebut mempertontonkan berbagai gaya gulat yang sarat dengan kekerasan. Akibatnya, banyak anak-anak menirukan adegan-adegan kekerasan jagoan-jagoan mereka. Ironisnya mereka tidak tahu  resikonya. Tidak lama setelah itu sejumlah kasus kekerasan yang menimpa anak-anak pun bermunculan di berbagai daerah di Indonesia yang diduga berhubungan dengan tayangan tersebut.

Dilihat dari kejadian-kejadian diatas filtrasi media memang dibutuhkan oleh masyarakat. Disamping itu peranan orang tua juga tidak kalah pentingnya agar secara bijak membimbing anak-anak mereka pada saat menonton acara di televisi. Karena secara tidak sadar, informasi-informasi yang diperoleh akan terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Informasi tersebut akan mencerminkan pola pikir masyarakat. Apabila informasi yang baik diserap, maka pola pikir masyarakat semakin baik pula. Sebaliknya, jika informasi yang mengandung moral jelek diserap, maka pola pikir masyarakat akan seperti pola pikir yang tidak baik.

Oleh karena itu, anak-anak perlu dididik agar selalu berpikir kritis dalam melakukan sebuah tindakan dan melakukan filtrasi sebelum sebuah informasi diserap oleh otak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun