Kesehatan dan keselamatan pada pekerja penting untuk diperhatikan, tidak hanya bagi manajemen perusahaan namun juga bagi pekerja itu sendiri. Motivasi utama dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerja.Â
Salah satu upaya kesehatan dan keselamatan kerja adalah memelihara faktor lingkungan kerja agar senantiasa dalam batas yang aman dan sehat. Aspek penting yang perlu diperhatikan untuk menunjang kesehatan dan keselamatan kerja adalah gizi.Â
Makanan yang salah bukan hanya dapat mengganggu kesehatan namun juga menimbulkan masalah pada status gizi. Status gizi yang tidak normal dapat mengakibatkan pekerja mudah merasakan kelelahan. Seorang pekerja dengan status gizi baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang lebih baik.
Pekerja bukan hanya sekelompok orang yang bekerja di luar ruangan namun juga sekelompok orang yang bekerja di dalam ruangan. Sering kali orang menganggap remeh kesehatan pada pekerja yang bekerja di dalam ruangan, karena memiliki risiko lebih rendah dibandingkan pekerja yang bekerja di luar ruangan namun bukan berarti tidak penting untuk diperhatikan. Kesehatan pekerja penting untuk membangun kualitas dan produktivitas yang baik.
Kenyataanya, banyak pekerja yang memiliki produktivitas rendah akibat kelelahan kerja. Kelelahan dapat dipengaruhi oleh beban kerja, lingkungan kerja, kondisi kesehatan, umur, status gizi, pola makan, jenis kelamin dan rendanya pengetahuan seorang pekeja yang pada akhirnya menyebabkan penurunan motivasi kerja, permormansi rendah, kualitas kerja rendah, banyak kesalahan dalam bekerja, rendahnya produktivitas kerja, cedera, kecelakaan kerja dan stres kerja.Â
Banyak pekerja beranggapan hanya sekedar rutin mengonsumsi makanan saat bekerja sudah cukup meningkatkan produktivitas kerja, namun ternyata banyak hal yang harus diperhatikan seperti apakah boleh mengonsumsi makan yang banyak di rumah ketika seseorang harus bekerja dengan shift malam, apakah boleh mengonsumsi banyak kafein saat bekerja, bagaimana sebaiknya sarapan pada pekerja dan lain-lain.
Selain itu, keamanan pangan termasuk makanan yang disediakan pada kantin atau di wilayah kerja harus diperhatikan. Tidak jarang pekerja banyak tergoda mengonsumsi makanan yang tidak baik bagi kesehatannya justru karena tersedia makanan yang tidak sesuai bahkan tidak aman di lingkungan kerja.Â
Hal ini penting diketahui oleh pihak manajemen perusahaan dalam menyeleksi makanan yang layak tersedia di wilayah kerja dan juga penting untuk diketahui oleh pekerja bagaimana memilih makanan yang baik dan tidak baik bagi produktivitas kerja dan kesehatannya.Â
Seperti fenomena banyaknya toko minuman yang mengandung kafein dan tinggi gula di wilayah perkantoran Jakarta dan menjadi trend dikalangan pekerja untuk mengonsumsinya.
Alasan pekerja sering mengonsumsi minuman berkafein dan tinggi gula karena cuaca yang sangat panas sehingga beranggapan dengan mengonsumsi minuman tersebut akan meningkatkan semangat dalam bekerja. Iklim kerja menyebabkan seorang pekerja tidak nyaman, cepat Lelah, mengantuk dan meningkatkan kesalahan kerja. Iklim kerja juga menyebabkan seorang pekerja cepat merasa lelah.Â
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua pekerja baik untuk mengonsumsi kafein, terutama pada pekerja shifting, dimana dapat mengganggu waktu istirahat ketika di rumah. Tubuh tetap merasa segar tanpa rasa lelah, sedangkan waktu tersebut baik digunakan untuk beristirahat sebelum memulai waktu kerja di hari berikutnya.Â
Berbeda halnya dengan pekerja non shifting, terlalu banyak mengonsumsi minuman tinggi gula dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi seperti kegemukan dan pada akhirnya menyebabkan timbulnya penyakit.
Pekerja perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis atau beban pekerjaan yang dilakukan. Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhdap tubuh hingga kurang motivasi dan semangat saat bekerja, bereaksi lamban dan apatis.Â
Edukasi gizi sebagai dasar kesehatan dan keselamatan kerja penting diberikan pada pekerja agar mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran memperhatikan gizi kerja demi mencapai produktivitas yang optimal.
Referensi
(ILO), I. L. O. (2013). Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sarana untuk Produktivitas Pedoman Pelatihan untuk Manajer dan Pekerja. SCORE Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan.
Ardianita, F. (2014). Hubungan antara Faktor Personal, Pekerjaan dan Lingkungan Kerja dengan Kelelahn Kerja subyektif (Studi di Bagian Assembly GLS (General Lighting Service) PT. Philips Indonesia). Universitas Airlangga, Surabaya.
Chesnal, H. (2014). Hubungan Antara Umur, Jenis Kelamin dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi PT. Putra Karangetang Popontolen Minahasa Selatan. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Daswin, Yola Pratiwi; Rany, Novita; Desfita, S. (2021). Hubungan Status Gizi, Asupan Energi dan Aktivitas Fisik Terhadap Kelelahan Kerja pada Karyawan Instalasi Gizi Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru. Media Kesmas (Public Health Media), 1(33), 10--12.
Fitriananto, danan Surya; Widajanti, Laksmi; Aruben, Ronny; Rahfiludin, M. Z. (2018). Gambaran Status Gizi Pekerja Bangunan Wanita di Kecamatan Tembalang Kota Smearang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 419--425.
Hardinsyah; Briawan, D. (1992). Gizi Terapan. Kerjasama Depdikbud-Dirjen Dikti dengan PAU Pangan dan Gizi IPB.
Suryaningtyas, Y., & Widajati, N. (2017). Iklim Kerja dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di Ballast Tank Bagian Reparasi Kapal PT. X Surabaya. Jurnal Manajemen Kesehatan, 3(1), 31--46.
Wening, D. K., & Afiatna, P. (2019). Determinan Status Gizi pada Tenaga KErja CV. Karoseri Laksana. Sport and Nutrition Journal, 1(2), 48--52.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H