Mohon tunggu...
Sarasvati
Sarasvati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Pekerja media yang senang menulis hal-hal yang sedang tren maupun lawas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Galungan? Simak Sejarahnya hingga Rangkaian Hari Raya Galungan

7 Juni 2022   22:04 Diperbarui: 7 Juni 2022   23:13 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemuka agama Hindu memercikkan air suci saat persembahyangan Hari Raya Galungan di Pura Jagatnatha, Bali, Rabu (16/9/2020).(ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)

Hari Raya Galungan memiliki sejarah serta kearifan lokal bagi masyarakat Hindu di Bali. Berikut ini penjelasannya!

Galungan adalah hari raya umat Hindu yang diperingati sebagai hari kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma (kejahatan). Hari Raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan kalender Bali atau tiap 210 hari yang jatuh pada hari Budha Kliwon Dungulan atau dikenal juga dengan istilah Rabu Kliwon Wuku Dungulan. Biasanya, pada Hari Raya Gulungan, umat Hindu akan bersembahyang kepada Sang Hyang Sangkara di rumah maupun di pura.

Baca juga:  Tradisi dan Makna Penjor dalam Menyambut Hari Raya Galungan Umat Hindu di Bali

Perayaan Hari Raya Galungan, selalu identik dengan hiasan penjor yang terpasang depan rumah. Penjor sendiri merupakan bambu melengkung panjang yang dihiasi tangkaian janur, dan biasanya dilengkapi dengan hasil bumi.

Bentuk penjor yang melengkung ke bawah tentunya memiliki makna yang mendalam, yaitu kerendahan hati. Jadi, apapun kekuatan yang ada, kebenaran harus ditegakkan dengan rendah hati.

Sejarah Hari Raya Galungan

Sejarah Hari Raya Galungan erat kaitannya dengan mitologi Hindu-Bali, yang mana pertama kali dirayakan pada 882 Masehi. Namun selama bertahun-tahun, ritual tersebut sempat berhenti yang akibatnya raja-raja yang berkuasa di Bali saat itu banyak yang wafat di usia muda.

Baca juga: Banten-Banten yang Saya Persiapkan Menyambut Hari Raya Galungan

Hingga akhirnya, pada masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu, perayaan Galungan diadakan kembali. Awalnya, sang raja heran mengapa raja-raja sebelumnya berumur pendek dan Bali sering dilanda musibah. Kemudian, sang raja bersemedi dan mendapatkan wangsit mengenai keanehan yang terjadi selama ini dikarenakan masyarakat Bali melupakan peringatan Galungan. Akhirnya, atas perintah Raja Sri Jayakusuma, Hari Raya Galungan pun dihidupkan kembali hingga saat ini.

Rangkaian Hari Raya Galungan

Peringatan Hari Raya Galungan biasanya dilakukan serangkaian upacara. Adapun rangkaian Hari Raya Galungan adalah sebagai berikut:

1. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga jatuh pada Sabtu Kliwon 25 hari sebelum Galungan. Adapun tradisi Tumbek Wariga dirayakan dengan menghantarkan sesaji berupa bubur sumsum yang diletakkan di sebuah pohon sebagai cinta manusia terhadap tumbuhan.

2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa merupakan hari penyucian segala sesuai yang berada di luar diri manusia. Pada hari ini, umat Hindu akan melakukan upacara ngerebon yang bertujuan menetralitis segala sesuuatu yang negatid. Biasanya, pada upacara ngerebon, desa akan menghaturkan sesaji seusia kemmapuannya.

3. Sugihan Bali
Setelan melakukan Sugihan Jawa, rangkaian Hari Raya Galungan akan dilanjutkan dengan Sugihan Bali,  yaitu mandi dan memohon kepada Tirta Gocara sebagai penyucian jiwa raga.

4. Hari Penyekeban
Hari Penyekeban adalah mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan agama. Hari Penyekeban diadakan setiap minggu Pahing.

Baca juga:  Penjor dan Pelaksanaan Hari Raya Galungan di Bali, Sebuah Catatan Ringan

5. Hari Penyajan
Hari Penyajan memiliki makna filosofis untuk menetapkan diri merayakan Hari Raya Galungan. Hari Penyajan dirayakan setiap Senin Pon Wuku Dungulan. Menurut kepercayaan, pada hari itu umat akan diuji sejauh mana tingkat pengendalian dirinya.

6. Hari Penampahan
Hari Penampahan diperingati sehari sebelum Hari Raya Galungan. Salah satu yang paling khas pada momen tersebut adalah pembuatan Penjor dan penyembelihan babi yang bermakna membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia.

7. Hari Raya Galungan
Terakhir, prosesi Hari Raya Galungan dimulai dengan upacara persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke Pura sekitar lingkungan.

Ada Galungan, dan ada pula Kuningan. Kapan Hari Raya Kuningan Diperingati?

Perlu diketahui bahwa galungan tidak identik dengan Kuningan. Galungan itu hari kemenangan Dharma atas Adharma, sedangkan Kuningan itu penutup dari rangkaian upacara di mana para dewa dan para leluhur dikembalikan ke alamnya masing-masing, setelah bertemu keturunannya. Adapun rangkaian Hari Raya Kuningan dimulai lima hari setelah Galungan, berupa  Pemacekan Agung  dan rentetan perayaan terakhir adalah saat hari Pegat Tuwakan yaitu 32 hari setelah Kuningan, bertepatan pada hari Buda (Rabu) Kliwon wuku Pahang.

Itulah penjelasan mengenai apa itu Galungan, sejarah, hingga rangkaian Hari Raya Galungan hingga Hari Raya Kuningan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun