"Pak Laoly bukan politisi biasa, melainkan juga sebagai akademisi, guru besar, dan penyanyi. Istimewa, karena sebagai akademisi kebijakan-kebijakannya pasti memiliki bobot yang berbeda bila dibandingkan dengan politisi atau birokrat biasa," ucap pria yang akrab disapa Bamsoet ini.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy yang turut hadir mengaku bahwa dirinya kurang layak untuk memberi sambutan mewakili jajaran menteri dalam kabinet.
"Saya belum cukup lama berinteraksi dengan Pak Laoly. Namun kita banyak kesamaan, yaitu sama-sama berlatar belakang aktivis dan dosen, sehingga frekuensinya sama, kemudian responsif, mudah diajak bekerja sama, dan paham betul menangani masalah kenegaraan," kata Muhadjir.
Biografi politik ini diterbitkan Penerbit Buku Kompas dan disusun oleh tim penulis yang dikoordinasi Imran Hasibuan. Setelah acara peluncuran hari ini, cetakan pertama buku ini akan didiskusikan di sejumlah kampus di tanah air, serta akan didistribusikan di jaringan toko buku Gramedia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H