Jika saja saat itu mulut tak terbelenggu, mungkin cerita hari ini akan berbeda.
Saat jari jemari menyatu, terbersit rasa ragu ingin melepas.
Hanya, janji telah ranum, telah ditabur.
Mau apalagi kalau bukan menerima.
Rasa sempat bergejolak, namun... bara tak henti menyala.
Akhirnya, berpasrah dan merelakan.
Merelakan konflik batin menggerogoti.
Berpasrah menuruti rasa ragu.
Merelakan jalan bahagia yang tak tentu.
Kini, waktu tlah membersamai.
Sedikit saja bahagia yang tampak,
Itupun semu.
Perih rasanya melihat cinta bersandiwara.
Pedih menyesalinya,
Bukan karena tak mencintai,
Hanya karena mencintai cinta yang tak semestinya.
Maaf,
Tak sengaja mencintai dengan luka
Saban hari tak pernah letih belajar mencinta.
Hingga waktu menuntun untuk tak ragu lagi mengatakan:
"Aku Mencintaimu"