Iya, jalan pulang. Saya pikir kata itu penting untuk di pahami makna pulang. Pulang di kampung halaman dan memperbaiki halaman tersebut. Bukan pulang kampung yang tak berhalaman alias tidak peduli halaman sekitar kita. Teman-teman di awal saya sudah tulis kalau ketika tulisan ini dibaca pasti akan ada yang berkomentar "ah, sok tau" atau "kayak kamu saja tidak lakukan". Apakah kita harus saling mencibir dan berakhir pertengkaran?. Kita terlalu dewasa untuk mempertengkarkan hal yang tidak bermanfaat. Mari kita pulang untuk memberi manfaat untuk orang tua, masyarakat dan daerah kita.
Sebagai langkah awal mari kita kumpulkan visi, eratkan hubungan silaturahim, tekadkan misi untuk mendiskusikan hal tersebut di tanah rantau dan pulang mengimplementasikan. Adik-adik kita butuh contoh dari kita bukan hanya sekedar ajakan ayok kuliah melainkan melihat langsung apa yang menarik dari menjadi mahasiswa sehingga hal itu bisa mempengaruhi mereka untuk menemukan diri mereka dalam pendidikan. Satukan ego dan tanamkan dalam diri kalau kita adalah manusia serumpun yang di satukan dari daerah yang miris dan kita juga merubahnya.
Jika kita pesimis atau takut bermimpi saya ingin mengutip sebuah quote "jika mimpi mu kecil berarti kamu orang kecil dan jika ada orang yang berkata kalau mimpi mu kebesaran, maka sampaikan kalau mimpi mu terlalu kekecilan". Mimpi itu perlu kita mimpikan bersama agar jadi kenyataan. Kadatua mu, kadatua ku, Kadatua kita semua. Mari bangun daerah kita aga pulang nya kita di kampung halaman bukan sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H