Dari saya mengenyam pendidikan kanak-kanak mainan origami kertas merupakan mainan yang paling saya sukai sampai-sampai saya di marahi sama mama karena menghabiskan kertas yang seharusnya jadi tempat untuk menyalin pelajaran malah di jadikan mainan origami. Hampir segala bentuk origami saya pandai dalam membuatnya, lihai tanganku dalam membentuk mainan origami. Dalam kamarKu mainan origami menjadi hal yang lumrah kalian dapatkan, tergantung di langit-langit, di pampang di meja belajar, di atas kasur, di dalam laci meja, sampai ke kolong kasur. Warna-warni indah, nyaman.
Mainan origami menjadi sala satu teman di masa kanak-kanakKu, tak heran kalau masa kecilku sedikit memiliki teman dan bahkan hampir tidak ada. Entah kenapa ya karena nyaman aja gtu di kamar sendiri main origami trus berekspektasi tinggi tentang kebahagiaan membayangkan origamiku hidup dan melakukan hal-hal hebat dan saya juga tidak sedikit mencoba berkomunikasi dengan mereka.
Kalau orang lain masa kecilnya sering di marahi karena keluyuran terus, jarang di rumah, tapi kalau saya di marahi karena sering di kamar "keluar main sana jangan di kamar terus, itu lihat kasurmu sudah kempes karena kamu keseringan di kamar" ucap mamaku dengan nada menekan, " malas main di luar mah enakan main di rumah, lagian di kamarku juga banyak mainan" tuturku dengan nada memalas, "Ya mama takut aja kamu gila" sambil mengejek.
Berdamage nggak ucapan mamaku? Ya berdamage lah, hehehe. Sejak saat itu dengan sifat kekanak-kanakan ku berpikir, iya juga ya kalau saya gila gimana? Mana sering bicara sendiri,wkwkwk. Mulai saat itu Origami dan kamar hanya menjadi tempat sesaat, menjadi tempat yang ku datangi saat lelah saja.
Hingga aku menginjak usia dewasa Origami tidak lagi melekat erat dalam ingatan, hanya remang- remang dan sama sekali tidak menyisakan bayang. Tapi kemarin Kamis, 11 November 2021 saat dosen sedang menjelaskan materi perkuliahan, temanku yang duduk didepanku memberiku Origami berbentuk perahu sontak aku kaget sambil memoriku memantik ingatan itu lagi tentang kegemaranku terhadap mainan kertas itu. "Boleh ajarkan saya buat itu?" Tanyaku sambil tersenyum, trus ia mengulangi membuat origami tersebut dan aku memperhatikan nya dengan seksama sambil mengingat-ingat kembali betapa dekatnya aku dengan mainan origami itu, sembari teman-teman di sebelahku ikut membuat mainan itu, dosen yang sedang menjelaskan sudah tidak kami perhatikan sampai kami tak sadar perkuliahan telah usai.
Setiba ku di kost aku duduk sambil mencoba mengulas kembali ingatanku tentang mainan yang telah mengisi masa kanak-kanakku, "gila kok bisa ya aku di ingatkan kembali tentang mainan origami yang menjadi kegemaranku masih kecil"sambil senyum kecil.
Kini ingatan itu tidak akan aku lupakan lagi tetapi aku simpan dan aku permanenkan lewat tulisan dan aku selipkan origami pemberian temanku di dalam buku diaryku agar setiap ku catat kisah hari-hari ku bisa tetap aku lihat origami itu sembari mengenang kisah yg pernah kami lewati.
-Ikhsan-
Jum,12 November 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H