Stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia. Target nasional untuk menurunkan prevalensi stunting hingga 14% pada tahun 2024 tidak tercapai, meskipun anggaran yang dialokasikan oleh negara cukup besar. Salah satu contoh kasus yang mencerminkan permasalahan ini adalah Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, di mana berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stunting masih tinggi, yakni 24,4%.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan strategis, salah satunya adalah program Bantuan Makan Bergizi Gratis dengan sumber pangan yang berasal dari desa. Dengan kebijakan ini, desa memiliki peran penting dalam menyediakan pangan bergizi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan alokasi minimal 20% Dana Desa untuk ketahanan pangan harus dimanfaatkan secara optimal guna menekan angka stunting di desa.
Gagalnya pencapaian target nasional dalam menurunkan angka stunting hingga 14% dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya:
1.Kurangnya Edukasi Gizi
Banyak keluarga, terutama di daerah pedesaan, masih kurang memahami pentingnya asupan gizi yang seimbang bagi anak-anak.
2.Ketahanan Pangan yang Lemah
Ketersediaan pangan yang bergizi masih menjadi tantangan bagi banyak desa, terutama desa yang belum memiliki sistem pertanian dan peternakan yang baik.
3.Distribusi Bantuan yang Tidak Merata
Banyak program bantuan gizi yang tidak tepat sasaran atau tidak sampai ke masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
4.Kurangnya Pemanfaatan Dana Desa untuk Program Gizi
Meskipun ada kebijakan pengalokasian 20% Dana Desa untuk ketahanan pangan, banyak desa yang belum memiliki perencanaan yang matang dalam penggunaannya.
Strategi Desa dalam Menurunkan Stunting dengan 20% Dana Desa untuk Ketahanan Pangan
Agar alokasi 20% Dana Desa dapat memberikan hasil maksimal dalam menurunkan angka stunting, desa harus memiliki strategi yang tepat dan berbasis pada potensi lokal. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:
1. Pengembangan Desa Tematik Berbasis Ketahanan Pangan
Setiap desa dapat mengembangkan konsep Desa Tematik Ketahanan Pangan, yaitu desa yang berfokus pada produksi dan distribusi pangan sehat bagi masyarakatnya. Desa tematik ini bisa berbasis pada potensi lokal, seperti pertanian organik, peternakan ayam petelur, atau budidaya ikan.
2. Optimalisasi Program Bantuan Makan Bergizi Gratis
Dana Desa dapat digunakan untuk menyelenggarakan program Bantuan Makan Bergizi Gratis yang menyasar ibu hamil, ibu menyusui, serta anak balita. Program ini harus berbasis pada bahan pangan lokal agar lebih berkelanjutan dan efektif.
3. Peningkatan Kapasitas Pertanian dan Peternakan Lokal
Dana Desa bisa digunakan untuk mendukung petani dan peternak lokal dengan memberikan pelatihan, bantuan alat, dan subsidi bibit atau pakan. Program seperti Kebun Gizi Desa atau Peternakan Gizi Desa bisa menjadi solusi dalam menyediakan pangan bergizi bagi masyarakat.
4. Diversifikasi Pangan untuk Meningkatkan Asupan Gizi
Desa harus mendorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi dengan meningkatkan produksi berbagai jenis pangan, seperti sayuran, buah-buahan, ikan, dan protein nabati lainnya.
5. Pendirian Lumbung Pangan Desa
Dana Desa dapat digunakan untuk membangun Lumbung Pangan Desa, yaitu gudang penyimpanan pangan yang dapat digunakan dalam situasi darurat dan memastikan ketersediaan bahan makanan bergizi sepanjang tahun.
6. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani dan UMKM Pangan Sehat
Peran perempuan dalam ketahanan pangan sangat penting. Desa bisa mendukung Kelompok Wanita Tani (KWT) dan UMKM berbasis pangan sehat agar mereka bisa berkontribusi dalam menyediakan makanan bergizi bagi masyarakat desa.
7. Program Edukasi dan Sosialisasi Gizi bagi Keluarga
Desa harus mengalokasikan dana untuk program edukasi gizi kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan keluarga yang memiliki anak balita. Program ini bisa dilakukan melalui penyuluhan langsung atau media digital.
8. Pemanfaatan Teknologi dalam Pemantauan Gizi dan Ketahanan Pangan
Desa bisa menggunakan teknologi sederhana, seperti aplikasi berbasis data atau platform digital, untuk memantau perkembangan gizi anak-anak dan efektivitas program ketahanan pangan.
Tantangan dalam Implementasi Strategi dan Solusinya
1. Kurangnya Koordinasi antara Pemerintah Desa dan Masyarakat
Solusi: Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan penggunaan Dana Desa untuk ketahanan pangan.
2. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Pengelolaan Program
Solusi: Melatih aparat desa dan kader posyandu agar lebih kompeten dalam menjalankan program gizi dan ketahanan pangan.
3. Hambatan dalam Distribusi Pangan Sehat ke Seluruh Warga Desa
Solusi: Mengembangkan jaringan distribusi berbasis komunitas yang melibatkan petani lokal, koperasi, dan pelaku usaha kecil.
Kesimpulan
Untuk menurunkan angka stunting secara signifikan, desa harus mampu memanfaatkan minimal 20% Dana Desa untuk ketahanan pangan secara optimal. Strategi yang berbasis pada potensi lokal, seperti Desa Tematik Ketahanan Pangan, program Bantuan Makan Bergizi Gratis, Kebun Gizi Desa, serta pemberdayaan perempuan dan UMKM pangan sehat, akan memperkuat upaya penurunan stunting.
Dengan sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan sektor terkait, diharapkan angka stunting dapat ditekan secara signifikan, dan target nasional yang belum tercapai dapat diwujudkan dalam beberapa tahun ke depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI