pagi-pagi dia menelponku, memanggilku dengan sendu
katanya, pacarnya datang bawa buku
padahal katanya dia mau rindu
lalu dia menangis padaku, lewat telpon..
katanya, pacarnya mengajaknya pergi ke pantai
menangkap senja digaris laut dipelupuk bibir mereka yang hangat
padahal katanya dia tak mau
katanya, pacarnya memegang tangannya ingin menggenggam erat
padahal katanya dia membuang mesra itu
katanya, pacarnya memajang foto di dompetnya...
padahal katanya dompet saja malas ia bawa..
dia menangis padaku, lewat telpon..
kataku.. bosanmu barangkali sudah linu..
membicarakan sesuatu yang lucu namun juga ngilu..
lalu ku ajak bercerita tentang masa dulu kita yang suka menghabiskan waktu di pasar ramai
ngeteh bareng dan memesan jagung rebus
kataku,dulu kau tak se sendu ini
berbicara mimpi saja kau tertawa, kini mengolah cinta kau membungkus senyummu..
kataku, ngeteh lagi bareng aku.. kali ini kita tak memesan jagung rebus..
akan kupesankan kau bakso, mie ayam, kue pancung atau pisang bakar.. apapun yang kau suka..
kataku, ngeteh lagi bareng aku.. denganku yang tak mau menggandengmu ke pantai..
dan juga tak akan kugenggam tanganmu sekarang, belum tau suatu saat nanti (rebut naluriku)
kataku, ngeteh lagi bareng aku.. pacarmu takkan tau..
biar dia rasa perihal rindu, atau tentang perasaan yang direbut orang baru..
biar dia cicip apa rasanya direbut..
anggap saja aku cinta padamu.. serapahku padamu dan linu ku dalam kalbu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H