Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Kompasiana: BKKBN Cerahkan Kaum Muda NTB

2 November 2015   14:03 Diperbarui: 2 November 2015   14:11 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="BERI PENCERAHAN: Mas Iskandar Zulkarnain, dari Kompasiana menjadi moderator. Kemudian selaku nara sumber, Bapak Abidinsyah Siregar dari BKKBN pusat. Ibu Virginia Anggraini Kepala BKKBN NTB, serta Duta Genarasi Berencana BKKBN NTB, Ria."][/caption]

Awal bulan November, tepatnya pada tanggal 1 November kemarin, para bloger dan kompasianer Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pecah rindu. Bagaimana tidak, Kompasiana mengadakan event perdana dan jumpa para Kompasianer untuk yang pertama kalinya di NTB.

Acara itu sendiri terselenggara atas kerja sama BKKBN NTB dengan Kompasiana. Dimana acara tersebut juga diadakan event dan diskusi langsung dengan mengusung tema 'Pendewasaan Usia Perkawinan'.

Sekitar 40-an peserta mengikuti acara yang bertempat di Puri Indah Hotel, Mataram. Kebanyakan para peserta dari kalangan muda, yakni mahasiswa. Mereka terdiri dari Kompasianer juga bloger pada umumnya.

Acara maupun tema yang diusung sangat tepat. Melihat kondisi NTB sendiri dalam kaitannya dengan usia perkawinan menuai banyak masalah. Mulai dari perceraian, pernikahan usia dini dan kekerasan seksual.

Yang dimana ujung-ujung permasalahannya disebabkan karena adanya faktor pendewasaan perkawinan yang belum matang. Hal inilah yang perlu untuk diketahui dan dimengerti oleh semua. Khususnya kaum muda.

Deputi bidang advokasi, penggerakan dan informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dr Zainal Abdidinsyah dalam pemaparannya menyebutkan, usia kawin dini di Indonesia cukup tinggi. Ini menjadi salah satu faktor kenapa Indonesia masih terpuruk secara ekonomi, pendidikan dan budaya.

Usia kawin dini, yang dimana rata-rata usia mereka yang kawin dini antara 15-18 tahun bagi mereka yang perempuan, sesungguhnya masih belum siap secara mental. Usia yang demikian seharusnya, mereka masih dalam tahap continue learning, melanjutkan pendidikan.

Ketidaksiapan usia perkawinan nantinya menyebabkab beberapa permasalahan baru. Seperti yang sudah disebutkan, seperti pendidikan, kesenjangan sosial dan ekonomi.

Ia menjelaskan, Indonesia sendiri berada pada posisi yang hampir setara dengan negara miskin lainya untuk kualitas remajanya. "Ini miris, sebab kita bukan negara miskin, tapi kita kan negara developing country. Masak sama dengan Ethiopia. Kita kalah dengan Vietnam," selorohnya.

Jika ini dibiarkan terus. Artinya, remaja atau kaum mudanya lebih mengejar usia pernikahan dini daripada mengejar pendidikan dan berkarya. Bisa-bisa apa yang disitilahkan dengan 'Bonus Demografi' sudah tidak relevan.

Bonus Demografi sendiri adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. 

"Namun ini untuk tahun berikutnya tidak bisa kita nikmati kalau tidak ada perencanaan," Katanya.

Untuk NTB sendiri, usia pendewasaan perkawinan yang dibawah standar BKKBN masih sangat tinggi. Dia menyebut, NTB masuk urutan kedua setelah Jawa Barat untuk masalah ini.

Karena itu perlu adanya edukasi kepada para remaja. Dan kaum muda terutama para bloger diharapkan untuk turut serta mengkampanyekan 'gak enaknya' menikah di usia dini.

Sementara itu, Kepala BKKBN NTB, Virginia Anggraeni menuturkan. Permasalahan usia pernikahan dini di NTB, khususnya di Lombok terus ditekan melalui ragam cara dan program BKKBN.

Ada semacam budaya di masyarakat Suku Sasak Lombok, dimana menikah dini atau dalam istilah Sasak-nya disebut 'Merariq Kodeq' sudah melekat sejak dulu. Padahal, ujarnya, ada sebuah babad kuno masyarakat sasak yang mengatakan adanya larang untuk Merariq Kodeq.

Anggraini menambahi, kasus kawin-cerai-kawin-cerai masyarakat Sasak disebabkan karena merariq kodeq itu sendiri.

Ia sendiri sering mendengar keluhan dari pelaku nikah dini yang notabenenya yang menjadi korban adalah perempuan. "Kita miris mendengar ceritanya. Ada yang baru beberapa bulan dicerai. Hamil muda dan tua dicerai," tuturnya.

Sementara itu, mantan Duta Generasi Berencana (Genre), Ria, mengimbau para peserta dan kaum muda agar mengejar target prestasi dulu ketimbang menikah dalam usia dini. "Kita alihkan itu semua ke hal-hal yang positif. Jangan cuman bisa nge-galau," ujar alumni FKIP Universitas Mataram tersebut.

Hampir dua jam acara tersebut berlangsung. Para peserta nampak antusias. Hal itu bisa dilihat dari tanya jawab yang dilangsungkan. Walaupun satu narasumber berhalangan hadir, yakni ibu Robiatul Adawiyah, selaku anggota DPRD NTB, acara tetap berlangsung khidmat dan seru.

Selama acara Kompasiana juga memberikan doorprize kepada peserta yang nge-twit keren mengenai acara tersebut.

Mas Iskandar Zulkarnain, usai acara mengaku puas akan acara tersebut. Ia mengharapkan para Kompasianer Lombok untuk terus berkarya. Ia juga mengharap akan ada acara di kemudian hari di Lombok.

"Paling gak kita ngopi-ngopilah," ujarnya tersenyum.

***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun