Di era digital yang makin maju sekarang segala bentuk informasi silih berganti datang dan pergi tidak bisa kita pungkiri pula segala sesuatu bahkan perubahan pun tidak selamanya berpihak pada 1 sisi dalam kehidupan yang perlu kita mengerti adalah bahwa segala sesuatu pastinya akan selalu berbentuk seperti 2 mata pisau bisa menimbulkan dua opsi yang saling berlawanan tergantung yang menggunakan, seperti hal nya media.
Media sendiri di era saat ini sangat berpengaruh terhadap banyak aspek dalam kehidupan baik itu Pendidikan, Sosial budaya, hingga banyak hal lainnya, tak terkecuali gaya hidup apalagi di era yang makin maju ini segala sesuatu makin mudah di akses. Apalagi di Negara Negara berkembang, salah satu contoh kasus nya adalah sekarang sedang Marak sekali tren hewan peliharaan di masyarakat, hampir seluruh lapisan masyarakat sekarang tidak asing dengan yang Namanya hewan peliharaan, apalagi dengan bentuknya yang mungil dan lucu sangat sangat menjadi mainan yang cukup mengasyikan dalam melepas penat setelah melakukan aktivitas seharian. Apalagi didukung dengan adanya pandemic kemarin, seluruh masyarakat dipaksa untuk beraktivitas didalam rumah, yang mengakibatkan mereka mencari cari hiburan ditengah tengah kesibukan yang tidak mengharuskan mereka keluar dari rumah dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan, maka dari itu memelihara hewan khususnya hewan peliharaan seperti anjing kucing dan masih banyak lagi menjadi opsi.
Ditambah dengan adanya sosial media yang memiliki andil besar dalam kehidupan, menjadikan banyak sekali masyarakat yang "FOMO" Fear of missing out, istilah ini memiliki arti yaitu rasa takut akan ketinggalan akan suatu hal, dalam aspek ini bisa dibilang takut ketinggalan tren yang sedang marak, bahkan orang yang tidak ada pikiran sama sekali untuk memelihara hewan pun bisa tiba tiba ingin memelihara hewan, apalagi dengan algoritma yang ada yang membuat sekali orang menyukai suatu hal, maka hal tersebut akan muncul terus menerus di laman utama smartphone orang tersebut. Selain itu dengan adanya sosial media dan internet makin memudahkan orang orang untuk dapat mencari hewan apa yang mereka mau pelihara dan itu bisa terakses oleh orang orang di seluruh dunia bahkan terkadang mereka juga berani untuk merogoh kocek yang besar untuk saling mendatangi meski harus menyebrangi pulau sekalipun.
Dalam menghadapi fenomena ini sebetulnya kita sebagai masyarakat tidak perlu takut namun juga perlu ada andil kita dalam mengontrol agar pemeliharaan hewan hewan ini tetap sesuai dengan Rules and Terms yang berlaku jangan sampai malah menyalahi aturan aturan dan perizinan yang berlaku. Menurut OIE ada 5 aspek yang harus benar benar diperhatikan dalam berhubungan apalagi memelihara hewan. 5 aspek tersebut terangkum dalam nama lima Prinsip Kebebasan Hewan (5 Freedoms of Animal Welfare) pada saat aksi ini dilakukan. Kelima prinsip yang dipaparkan yaitu Freedom from hunger, malnutrition and thirst (Bebas dari rasa lapar, malnutrisi dan haus); Freedom from fear and distress (Bebas dari rasa takut dan stres); Freedom from discomfort (Bebas dari rasa tidak nyaman); Freedom from pain, injury and disease (Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit); dan Freedom to express normal patterns of behavior (Bebas mengekspresikan perilaku alamiah).
Bebas dari rasa lapar malnutrisi dan kehausan, pada prinsip ini kita harus benar benar mengontrol pola makan dan minum dari hewan yang kita pelihara harus ada perhatian lebih agar menghindari kelaparan dan kehausan, selain itu kita juga perlu peka terhadap kebutuhan nutrisi hewan tersebut jangan sampai ia kekurangan nutrisi akibat kelalaian kita.
Bebas dari rasa takut dan stress kita sebagai pemilik hewan tersebut harus menjamin ketenangan dan kedamaian hewan peliharaan kita, jangan sampai mereka mereka terancam hingga stress dengan adanya kehadiran kita dan lingkungan kita.
Bebas dari rasa tidak nyaman, prinsip ini sebetulnya simple namun tidak semua orang bisa menerapkannya karena tidak semua orang tahu cara membuat hewan peliharaannya merasa nyaman Ketika didekatnya, perlu adanya pendekatan batin antara pemilik dan hewan yang dipelihara.
Bebas dari rasa sakit luka dan penyakit, prinsip ini sebetulny menyambung dari prinsip prinsip yang sebelumnya apabila kita menerapkan prinsip prinsip sebelumnya dengan baik, terjadinya rasa sakit luka dan penyakit akan menjadi kemungkinan kecil.
Bebas untuk mengekspresikan sifat alamiahnya hal ini tentu terkadang sulit untuk kita semua mengerti karena kadang kebiasaan dan sifat alamiah mereka tidak sesuai dengan lingkungan rumah namun karena kita sudah memutuskan untuk melakukan yang namanya memelihara, kita harus bisa mengerti dan sadar bahwa hal ini adalah suatu hal yang wajar dan jangan sampai membuat ia menjadi tidak nyaman ada di lingkungan kita.
Selain memerhatikan 5 prinsip diatas perlu ada juga yang perlu diperhatikan yaitu kebersihannya, karena hewan sudah pasti memiliki sifat liar yang bisa kapanpun keluar masuk rumah jangan sampai kebersihannya di nomor duakan karena dari kurangnya kebersihan dapat menjadi bibit bibit penyakit.
Dari hal hal yang telah disebutkan diatas dapat kita Tarik benang kesimpulan bahwa tren tren yang terjadi di sosial media yang mengubah pola pikir dan gaya hidup masyarakat tentu tidak bis akita bendung dan kita tolak mentah mentah, hal yang bisa kita lakukan adalah menjadi aspek kontrol yang membuat agar teknologi ini bisa tetap berkembang tanpa harus menghilangkan prinsip prinsip moral yang ada, seperti tren pelihara hewan ini jangan sampai terjadi pelanggaran dari 5 prinsip tersebut, maka perlu adanya sosialisasi dan aspek kontrol dari kita kepada masyarakat agar tidak terjadi lagi kasus kasus pelanggaran, hak hak kebebasan hewan.
Sumber :
https://www.merdeka.com/gaya/8-hal-yang-perlu-diperhatikan-sebelum-mengadopsi-kucing.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H