Mohon tunggu...
Toon Tiny
Toon Tiny Mohon Tunggu... lainnya -

Berkarya Untuk Bangsa. Bangsa Maju Rakyat Sejahtera

Selanjutnya

Tutup

Politik

Internal Pecah dan Demokrat yang Ketinggalan Kereta

28 Mei 2016   00:15 Diperbarui: 28 Mei 2016   00:49 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari ini publik dihangatkan dengan munculnya selebaran-selebaran kepengurusan Golkar era Setnov. Beberapa nama kontroversi muncul ke permukaan. Isu mencuat dimana-mana. Satu hal yang penting dimengerti, ini murni konflik laten di internal beringin.

Melalui akun twitternya, Wanbin @aburizalbakrie mengatakan "saya berharap pengurus baru DPP Partai Golkar terbentuk atas semangat rekonsiliasi untuk memajukan partai. Ada banyak kepentingan yg hrs diakomodir, namun yg terpenting menempatkan org yg tepat di tempat yg tepat. Profesional & all out utk partai," cuitnya Kamis, 26 Mei 2016.

Melihat bocoran kepengurusan Setnov, kubu Akom menyadari tidak akan diakomodir penuh dalam struktur kepengurusan periode ini. Nama-2 macam Bamsoet, Supit dan Firman Soebagjo tidak ada dalam kepengurusan. Nama-nama caketum juga tersebar di dewan pakar dan dewan pembina.

Tulisan Erwin Dariyanto dari Detik.com yang mengatakan Di bawah kepemimpinan Novanto yang selama ini dikenal sebagai sosok kontroversial sepertinya langkah Golkar mengejar PDI Perjuangan kian berat. Menjadi uji nyali bagi Golkar.

Kembali pada soal ribut-2 di internal, gejolak munculnya struktur yang beragam warna. Dari eks napi, pembunuh hingga politisi yang taubat akibat perbuatan tidak senonohnya tidak lepas dari sumber internal sendiri.

Hanya Ramadhan Pohan yang terlalu usil memperhatikan Golkar dan manuvernya. Itupun karena Ramadhan lupa dengan Golkar di era Ical. Bung Pohan, soal manuver nyanyian Golkar mendukung Jokowi jelas harus anda bedakan dengan keputusan Golkar mendukung pemerintah. Golkar tidak banci seperti Demokrat, yang maju mundur cantik. 

Manuver maju mundur cantiknya Golkar bukan keputusan, masih nyanyian senja. Masih ayun-2an yang belum jelas arahnya. Santai saja, sepertinya Demokrat takut tertinggal bola.

Ramainya kemunculan Yahya Zaini, Nurdin Halid, Fahd A Rafiq dan Sigit jelas karena faktor internal yang melakukan pembusukan. Kalau pihak eksternal, tentunya tidak akan cawe-cawe, kecuali politisi yang tidak punya etika dan sedang mengajari etika partai lain. Politisi yang tidak paham manuver dan keputusan partai.

Kasus-kasus munculnya nama-nama tokoh penting di Golkar jelas ada api yang sedang dimainkan. Entah kubu siapa yang sedang menggergaji. Tetapi yang tentu agak kurang etis adalah ada politisi sok jagoan dari Demokrat yang juga mau mengobok2 internal Golkar. Ia bicara etika, tetapi ia sendiri tidak beretika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun