Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gugurnya Salah Satu Kartini Kendeng

23 Maret 2017   02:46 Diperbarui: 23 Maret 2017   21:00 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pejuang tidak mengenal kata kalah, lelah. Jika menyerah dan kalah ia akan memilih mati dalam medan petempuran dari pada pulang sebagai pecundang. Sebagai rekan seperjuangan melihat kematian akan semakin mengobarkan semangat.

Namun bagi yang duduk di singgah atas sana, mereka hanya akan menggeleng kepala dan berucap duka. Padahal merekalah yang mampu menghentikan dengan keputusan bijak. Mungkin sang Presiden mampu berujar sampaikan aspirasi tanpa harus membahayakan diri sendiri.

Lantas Tuan Presiden apa mendengar aspirasi mereka suara pedih dan teriak marah mereka. Mereka para pejuang petani kendeng yang sudah satu dekade tetap besikukuh berteriak dan terisak menolakpembangunan pabrik semen di Pegununungan Kendeng, tempat mereka tinggal.

Ketika teriakan dan isak tangis tak dihiraukan, apa salah jika mereka terpaksa melakukan aksi jalan kaki tiga hari tiga malam hanya untuk bertemu Gubernur ‘yang 'konon ceritanya’ ketika mencolonkan diri berjanji mewakili perjuangan mereka.

Sekarang salah satu pejuang itu gugur dan Tuan Presiden masih bisa berucap duka cita yang mendalam. Yu Patmi, Kartini Kendeng yang meninggal (21/3/2017) bersama puluhan petani kendeng serta aktivis lingkungan menuntut Presiden mencabut izin baru yang dikeluarkan Gubernur Jawa TengahGanjar Pranowo untuk PT Semen Indonesia.

Perjuangan mereka sudah berlangsung satu dekade dan mereka tetap saja kalah. Meski MA mengabulkan permohonan para petani dengan nomor registrasi 99 PK/TUN/2016. Tentu kami tidak lelah-lelahnya mengingatkan janji Tuan “tidak ada aktivitas penambangan yang dilakukan hingga Kajian lingkungan hidup Strategis yang dilakukan pemerintah selesai dilakukan”.

Berikut Infografis perjuangan Petani Kendeng setelah melakukan aksi kaki dicor di depan istana bulan April tahun lalu:

Infografis Kartini-kartini Kendeng tetap semangat berjuang. (Infografis: Trie yas)
Infografis Kartini-kartini Kendeng tetap semangat berjuang. (Infografis: Trie yas)
Kali ini saya masih tidak putus harapan, melihat Tuan Presiden duduk makan siang atau sebatas berdikusi dengan para petani di Veranda Talk. Beranda istana tempat Tuan Presiden menerima tamu istimewa.

Berilah mereka pengertian, berilah mereka solusi untuk kemajuan bangsa dan rakyat. Tampunglah suara mereka, isak tangis dan teriak kemarahan mereka. Bukan selama ini Tuan Presidengiat mendatangi rakyat untuk mendengar aspirasi  dan melayani mereka. Sekarang mereka datang dengan penuh peluh keringan, harapan serta kepercayaan besar kepada Tuan Presiden.

Perjuangan Petani Kendeng sudah dimulai sejak tahun 2006 ketika Pt Semen Gresik merencanakan pembangunan pabrik semen di Pati. Sebagian masyarakat mengetahuinya baru akhir-akhir ini ketika aksi protes di istana gencar disorot media nasional. Padahal perjuangan mereka sangat berliku dengan diwarnai aksi kekerasan provokasi hingga kriminalisasi.

Pt Semen Gresik sempat mundur dari Pati dan secara diam-diam ternyata menyelesaikan proses AMDAL di Rembang. Sedangkan di Kabupaten Pati 3 kawasan pertanian diubah menjadi  kawasan industri dan pertambangansendiri oleh Pemkab Pati bersama DPRD Pati . Padahal PT.Semen Gresik mundur dari Pati karena kawasan pembangunan pabrik adalah kawasanpertanian dan pariwisata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun