Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tiga Sutradara Indonesia yang Bersinar di Tahun 2016

11 Januari 2017   20:32 Diperbarui: 11 Januari 2017   20:38 5121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber foto & Ilustrasi: Trie yas)

Sutradara adalah orang pemimpin dibalik sebuah proyek film. Ia memiliki tanggung jawab atas aspek-aspek kreatif pembuatan film, baik interpretatif maupun teknis. Selain itu, harus mengerti kamera dan pencahayaan. Mampu mengarahkan akting serta dialog para aktor. Selama ini, hanya para aktor yang dieluk-elukan oleh penonton film padahal bagus atau jeleknya seorang aktor disebuah proyek film, tergantung sutradara film.

Tahun 2016, bisa dibilang film Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dari segi jumalah penonton ada 10 film mencapai angka di atas satu juta. Dari cerita masih melanjutan yang sudah ada. Banyak film prekuel. Genre drama dan komedi mendominasi sepanjang tahun.

Dari semua film yang tayang di tahun 2016, ada 3 sutradara yang menurut saya, berada dipuncak dalam perfilman Indonesia. Tentu saja tanpa mengurangi sutradara-sutradara muda berbakat lainnya.

(sumber foto & Ilustrasi: Trie yas)
(sumber foto & Ilustrasi: Trie yas)
Riri Rizal ( Jaminan Mutu Film )

Riri Riza selalu sukses menghasilkan karya-karya sukses, tidak hanya penjualan, tetapi secara kualitas selalu mengagumkan. Riri Riza yang sering bertandem dengan produser Mira Lesmana tahun 2016 telah meluncurkan dua film. Pertama Ada Apa Dengan Cinta 2 di bulan April yang mengumpulkan tiga juta lebih penonton. Kedua film Athirah yang mengantarkan membawa pulang Piala Citra Sutradara Terbaik untuk pertama kalinya. Meski dari jumlah penonton tidak mencapai angka satu juta.

Karya pertama Riri sebuah film omnibus Kuldesak yang diproduksi pada tahun 1998. Filim Kuldesak bisa disebut sebagai tonggak kelahiran film Indonesia yang sempat mati suri dan mulai beralih ke televisi. Lahir dari tangan sineas muda berbakat yang saat ini karyanya mewarnai layar perfilman. Selain Riri, ada Mira Lesmana, Rizal Mantovani, Nan Achnas.

Dilanjutkan dengan film kedua pada tahun 2010, Petualangan Sherina, berhasil meraih jumlah penonton yang fantastis waktu itu. Film-film selanjutnya perpaduan Mira dan Riri mulai diakui para sineas sebagai jaminan mutu film. Ada Eliana, Eliana (2002), dan Gie (2005), 3 hari untuk Selamanya (2007)

Setelah itu, Mereka menggebrak lewat film adaptasi dari novel karya Andrea Hirata, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi yang suksus besar di pasar dengan kualitas yang mengangumkan. Dalam membuat film bertema anak-anak, Riri selalu berprinsip menghindari adegan merokok.

"Waktu syuting Laskar pelangi, masyarakat Balitung memiliki kebaiasaan duduk di warung kopi, ngobrol sambil merokok, ketika memakai pemeran figuran masyarakat sekitar, setiap ada salah satu dari mereka mau merokok. Saya langsung teriak cut," terang Riri beberapa waktu lalu dalam acara diskusi mengenai Lembaga Sensor Indonesia (LSI).

"Lembaga sensor Indonesia biasanya hanya memperhatikan adegan seks, adegan merokok justru lolos. Film anak-anak yang saya buat, setiap adegan selalu mengikuti prinsip; tidak boleh ada asap rokok, narkoba meski adegan itu dilakukan orang dewasa," lanjut Riri yang pernah membuat film tema keluarga, Untuk Rena.

Tahun 2017 belum terdengar proyek film apa yang digarap. Tetapi Riri memiliki keinginan membuat film tentang kehidupan pasar tradisional di Indonesia. "Saya ingin mengangkat karakter manusia di pasar, Itu hal yang menarik karena pasar adalah tempat karakter manusia hidup yang sesungguhnya."

(sumber foto & Ilustrasi: Trie yas)
(sumber foto & Ilustrasi: Trie yas)
Hanung Bramantyo ( Sutradara Produktif )

Dalam setahun Hanung Bramantyo membuat lebih produksi film. Kadang Ia juga merangkap sebagai penulis skenario dan produser. Karya-karyanya terkenal memiliki gagasan yang berani. Tak jarang menimbulkan kontroversi. Sebut saja film Perempuan Berkalung sorban, Tanda Tanya (?) sampai film Sang Pencerah, tentang pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan yang dibintangi oleh Lukman Sardi. Ketika film muncul mendapat apresiasi dengan akting memukau, tetapi kemudian muncul kekecewaan setelah Lukman diketahui pindah agama.

Tahun 2016 Hanung meluncurkan dua film, Pertama film drama komedi Talak 3. Kedua prekuel dari Habibie & Ainun. Rudy Habibie yang mengisahkan Presiden RI ke 3 BJ Habibie ketika muda. Tahun 2016 Hanung juga telah merampungkan 2 produksi film Kartini yang dibintangi aktris Dian Sastro. Rencananya film Kartini akan tayang pada april mendatang bertepatan dengan Hari Kartini. kedua film Surga Yang Tak Dirindukan 2 yang awalnya keluar Desember mundur menjadi Februari 2017 besok.

Meski banyak menghasilkan film sukses di box office tiap tahunnya dengan mendapat beberapa penghargaan. Hanung mengaku lebih menikmati dalam produksi film pendek karena tema yang diangkat bisa diulang jika dirasa kurang. “Saya suka film pendek. Jika saya kurang puas saya ulang lagi-ulang lagi dengan tema yang sama. Dalam proses penggarapan juga sangat serius. Saya pakai kantras film, pakai storyboard, pakai film dan kamera yang saya suka,” ujar suami dari aktris Zaskia Adya Mecca.

(sumber foto & Ilustrasi: Trie yas)
(sumber foto & Ilustrasi: Trie yas)
 Anggi Umabara ( Proses yang mengalir )

Nama Anggy Umbara dalam dunia penyutradaraan film belum semekilap Hanung Bramantyo, Riri Rizal, atau Rudy Sujarwo yang sudah memenangkan beberapa penghargaan dan piala citra. Namun, tahun 2016 ini film besutannya memecahkan rekor film Laskar Pelanggi sebagai film terlaris sepanjang masa. Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1. Film komedi adaptasi dari film-film Warkop DKI ini menjadi film terlaris dengan 6 juta lebih penonton.

Lahir dari keluarga film, awalnya Anggi tertarik bekerja di dunia film. Mama Cake (2012), Film perdananya diawali unsur ketidaksengajaan, Anggy yang dari kecil suka menulis dan ingin menjadi penulis skenario, menawarkan beberapa cerita karyanya kepada beberapa produser, tetapi ia malah diminta untuk sekaligus duduk di bungku sutradara.

Ilmu penyutradaraan ia dapat otodidak. Buatnya proses belajar tidak hanya di ruang kelas dengan melahap teroi-teroi. "Praktik aja langsung, by instinct, pakai naluri. Tak mau terpaku dengan teori. Harus begini dan begitu itu bagaimana.” ungkap Anggy ketika ditemui dalam diskusi film pendek beberapa waktu lalu.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun