Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menguak Misteri Alas Kedaton; Rumah Gerombolan Kera dan Pura Dalam Kahyangan

1 Januari 2017   21:40 Diperbarui: 2 Januari 2017   01:00 3585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampah keakrapan antara kera sebagai anak dan ibu (Dokumentasi pribadi)

Sinar matahari mengitip di balik daun pohon-pohon. Suasana asri hutan dengan pohon-pohon tumbuh berjajar di pinggir jalan. Sebelum kaki melangkah masuk ke dalam gerbang, akan ada satu, dua mata mengitip dengan malu-malu atau dengan tatapan curiga dan tubuh bergelantungan diranting pohon.

Namun, saat kaki memasuki halaman yang sekilas terlihat mirip taman untuk dua sejoli pacaran. Pasukan kera menyambut dengan beberapa polah tingkah, ada yang menantang, ada yang genit nakal, ada melindungi anak-anaknya, ada juga tadinya bercengkrama berherti terdiam.

Tampah keakrapan antara kera sebagai anak dan ibu (Dokumentasi pribadi)
Tampah keakrapan antara kera sebagai anak dan ibu (Dokumentasi pribadi)
Ya, jika datang ke Bali, jangan lupa mampir ke alas kedaton di Desa Kukuh, Kecamatan Marga , sekitar 4 km dari Tabanan, sekitar 40 menit dari pantai Kuta. Ada sekitar 2.000 kera hidup di hutan lindung dengan luas kurang lebih 12 hektar.

Jangan membayangkan kera-kera di sini seperti film di dalam film 'Planet of Apes' yang merasa terganggu dengan kedatangan manusia. Kera-kera di sini cukup ramah kepada pengujung yang datang dan melihat pemandangan mereka riang bermain atau momong anak di taman merupakan pemandangan menakjubkan. Sengaja di bangun kolam di bawah pohon untuk memudahkan mereka mandi, berenang, meloncat dari atas ranting pohon.

Penduduk  di sekitar hutan sangat memegang teguh adat yang melarang penebangan pohon sembarang. Membuat kawasan Alas Kedaton ini alami dan nyaman sebagai rumah kera yang sekarang di Indonesia dan dunia perlahan mulai berkurang bahkan nyaris punah.

Jika datang, bawalah sedikit makanan seperti pisang atau kacang ditaruh di atas telapak tangan, dan kera akan naik mengambil dengan begitu akan ada kesempatan untuk foto dan bercengkrama.

Pengunjung bisa memberi makan kera seperti kacang atau pisang. (Dokumentasi pribadi)
Pengunjung bisa memberi makan kera seperti kacang atau pisang. (Dokumentasi pribadi)
Namun hati-hati karena kera bisa mengigit jika merasa diganggu dan dalam menyimpang barang bawaan seperti handphone, kaca mata atau makan kecil, dan minum. Gerombolan kera memiliki indera penciuman sangat tajam. Jadi apapun jangan diselipkan di tas atau kantong baju/celana.

Kera dewasa menyusui anaknya berusia satu bulan. (Dokumentasi pribadi)
Kera dewasa menyusui anaknya berusia satu bulan. (Dokumentasi pribadi)
Jika merasa takut menghadapi pasukan kera, bisa meminta ditemani pemandu (guide) yang siap mengantar dan menjelaskan segala hal yang terdapat di Alas Kedaton. Para pemandu yang ada biasanya tidak meminta bayaran, Namun , jika merasa tak enak jika tidak ngasih, bisa membeli souvenir di tokoh karena pemilik toko yang bertugas bergantian menjadi pemandu.

Selain kera, Alas Kedaton juga dihuni para kelelawar. Mereka hidup rukun. (Dokumentasi pribadi)
Selain kera, Alas Kedaton juga dihuni para kelelawar. Mereka hidup rukun. (Dokumentasi pribadi)
Alas Kedaton tidak hanya hidup pasukan kera, masih ada sekumpulan kelelawar besar/kalong hidup yang jumlahnya tidak kalah banyak. Kalong adalah kelelawar besar pemakan buah hidup bergelantungan tidur pada dahan pohon-pohon besar belakang di siang hari.

Pengunjung bisa berfoto bersama kelelawar/kalong dengan membayar 4o ribu saja. (Dokumentasi pribadi)
Pengunjung bisa berfoto bersama kelelawar/kalong dengan membayar 4o ribu saja. (Dokumentasi pribadi)
Pura Dalem Kahyangan

Datang ke Bali tidak lengkap jika tidak berkunjung ke pura. Ya, pulau nan eksotis ini juga dijuluki pulau dewata, pulau seribu pura. Dalam area Alas Kedaton juga berdiri pura suci. Tiap hari Selasa (Anggara Kasih) dua puluh hari setelah Hari Raya Galungan warga sekitar melakukan uparaca piodalan. Dimulai pada siang hari dan harus sudah selesai sebelum matahari terbenam. Warga menyebutnya dengan Ngerebeg. Berbeda dengan upara keagaman kebanyakan lainnya di Bali. Ngerebeg tanpa memakai sarana dupa ataupun kwangen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun