Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Memperkenalkan Budaya Lokal dan Kekayaan Alam Papua Lewat Medium Seni

21 Desember 2016   19:00 Diperbarui: 21 Desember 2016   21:28 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu rumah penduduk di wamena. (sumber Foto: Pribadi)

Tanah Papua, Pulau paling timur Indonesia memiliki keindahan dan kekayaan alam yang luar biasa. Daratan dan alam bawah lautnya menjadi surga tersendiri bagi para penggemar wisata alam. Tak hanya alamnya yang kaya, Keunikan Papua juga terlihat dari kearifan budaya lokal yang masih bertahan di zaman serba modern ini.

Salah satu surga kehidupan bawah laut dunia yang masih tersisa hidup tanah Papua, Kepulauan Raja Ampat. Amazon Lautan Dunia. Tak kurang dari 1300 jenis ikan hidup seperti Yellow Fin Tuna, Parrotfish, Pari Manta, Kala Biu, Anglefish, hingga Clownfish atau ikan badut seperti yang ada di film animasi Disney, Finding Nemo. Selain itu ada sekitar 75 persen terumbu karang

Tak salah, pada tahun 2013, MacGillivray Freeman Films bersama IMAX Entertainment memproduksi film yang menggambarkan keindahan dan keajaiban Papua lewat film bertitel The Journey to The South Pasific. Film besutan Greg MacGillivray (sutradara film The Living Sea, Dolphins, dan Everest) ini mengajak penonton bertualangan bersama seorang bocah bernama Jawi yang hidup di dunia bersama hiu, penyu, ikan pari manta, dan berbagai jenis spesies lainnya yang sangat khas Papua. Menggandeng Aktris pemenang Academy Awards, Cate Blanchett yang tampil dalam The Hobbit: An Unxpected Journey, The Curious Case of Benjamin Button, The Aviator, menjadi narator di dalam film ini.

Keunikan kearifan budaya lokal dan pariwisata Papua telah beberapa kali diangkat ke beberapa medium seperti layar lebar dan televisi oleh sineas - sineas anak negeri. Selain lewat foto dan tulisan-tulisan berbasis Travel Blog.

Jika Greg MacGillivray lebih tertarik oleh kekayaan alam. Sineas - sineas anak negeri juga menyelipkan keunikan Papua dari seni kearifan budaya lokal sekaligus sebagai bentuk kritik sosial. Papua menjadi bagian dari Republik Indonesia telah berabab-abab, tetapi pembangunan disana belum maksimal, Pendidikan jauh tertinggal dibanding Indonesia bagian barat, Jawa.

Seperti yang diangkat oleh aktor dan musikus Indonesia keturunan Papua-Ambon, Ari Sihasale, produseri film "Denias, Senandung Dia Atas Awan pada tahun 2006. Film ini memiliki alur cerita yang kuat dan sangat humanis, sempat masuk seleksi Piala Oscar tahun 2008. Merupakan film pertama yang membuat orang-orang ingin ke Papua untuk berwisata. Film ini berdasarkan kisah nyata itu mengisahkan Denias, anak dari suku pedalaman Papua yang berhasrat tinggi untuk mengenyam pendidikan.

Salah satu rumah penduduk di wamena. (sumber Foto: Pribadi)
Salah satu rumah penduduk di wamena. (sumber Foto: Pribadi)
Pada tahun 2012, Ari Sihasale kembali mengkritik dengan film Di Timur Matahari. Lagi-lagi pendidikan menjadi latar cerita, nasib anak-anak yang kelak akan bisa membangun Pulau Cendrawasih kurang mendapat perhatian. Padahal yang akan membuka Masa Depan Pariwisata Papua dan membangun Papua tentu ada di tangan anak-anak. Jadi pendidikan ada faktor utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

Nia Diana yang memproduksi Film dokumenter Tanah Mama (2015). Menyoroti perjuang tangguh para mama di Papua, juga memperlihatkan hukum adat Papua. Menurut Kemenkes RI daerah Papua Barat dan Papua merupakan Provinsi dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil terendah. Dan sesungguhnya film, seni memiliki bahasa yang sangat universal.

Lain halnya dengan yang dilakukan oleh Teuku Adifitrian atau yang lebih dikenal dengan Tompi, mengangkat Keunikan Papua lewat pameran foto-foto hasil jepretan Tompi sendiri ketika ia berkunjung ke Wamena, Papua.

Dalam kegiatan pameran foto pada tahun 2014, Tompi ingin mengajak masyarakat Indonesia mengunjungi bumi Papua ketimbang melancong ke negara lain. Serta sebagai bentuk kegalauannya, melihat Wamena yang tertinggal dibanding daerah lain di Indonesia.

Rumah semut di Papua. (Sumber foto: Pribadi)
Rumah semut di Papua. (Sumber foto: Pribadi)
Keindahan Papua sudah menjadi rahasia umum. Namun, untuk datang atau menikmati keajaiban Papua tidaklah mudah, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan ada ungkapan, lebih mudah berkeliling di negeri tetangga, seperti Singapura dari pada mengulik keindahan dan keunikan masyarakat Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun