Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bermusik Tanpa Batasan ala KunoKini

16 Oktober 2016   17:27 Diperbarui: 17 Oktober 2016   23:39 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alat musik tradisional terkesan sendu dan cenderung membosankan sekarang memiliki warna baru dengan kedinamisan yang unik ditangan KunoKini, ya grup perkusi eksperimental dari Jakarta ini  berhasil mengemasnya alat-alat tradisional Indonesia menyatukan bebunyian lokal Seruling Bambu, Kerang Irian, Gendang Jawa, Kolintang, Rebana Biang, Saluang, hingga Krecekan menjadi pertunjukan yang menarik dan modern. Menjadi jembatan antara musik tradisional dari masa lalu dengan karya modern mengikuti selera generasi masa kini. Sesuai dengan namanya yang merupakan penggabungan dua kata yang sangat kontras. "Kuno" berarti tradisional dan "Kini" mewakili zaman sekarang.

KunoKini terlahir sejak 2003 silam. Pasang surut dalam segala sisi sudah pernah mereka rasakan dari mulai bongkar pasang personil, pasang surut proses kreatif, tetapi Tim KunoKini yang digawangi oleh Adhi Bhisma Whraspati alias Bhismo (vokal dan taganing Batak), Astari Achiel alias Bebi (Soko Guru, sebutan untuk satu set rebana biang Betawi dimainkan seperti drumset karya Bhismo) dan Dzulfikri Putra Malawi atau Fikridzul (bonang Jawa dan kangkanung Kalimantan). Tetap berkomitmen untuk menyebarkan virus budaya melalui musik sampai sekarang mereka tetap berdiri dan masih terus berburu sang guru , guna mengajari bagaimana cara memainkan alat-alat musik tradisional yang telah ditemukan.

Melalui musiknya, KunoKini mencoba untuk melestarikan kebudayaan Indonesia dengan cara mereka sendiri. Sebagian besar lagu tak lepas dari pada kehidupan pada umumnya yaitu, cinta, kekerasan, sosial dan lain-lain. Namun, semua coba digambarkan secara eksplisit sebagai bentuk protes terhadap realita yang ada melalui kacamata KunoKini.

KunoKini merilis format barunya bersama SvaraLiane menghadirkan kolaborasi antara alat musik tradisional dengan alat musik konvensional barat yaitu bas, saxophone, trumpet dan trombone.
KunoKini merilis format barunya bersama SvaraLiane menghadirkan kolaborasi antara alat musik tradisional dengan alat musik konvensional barat yaitu bas, saxophone, trumpet dan trombone.
Di tahun 2016, Kunokini  merilis format barunya bersama SvaraLiane menghadirkan kolaborasi antara alat musik tradisional dengan alat musik konvensional barat yaitu bas, saxophone, trumpet dan trombone . Sebuah metamorfosa dengan ingin menunjukkan bahwa kesenian tidak memiliki batasan.

Single Hey Beb!! dirilis beberapa bulan lalu dan telah di remix dengan representasi konsep Ethnic Dance Music (EDM) dan Sound of Indonesia. Sebagai bukti eksplorasi bunyi-bunyian yang berasal dari Indonesia, terutama alat tradisionalnya bisa digunakan untuk musik modern seperti electronic dance music. Untuk mendukung EDM, mereka juga berkolaborasi dengan beberapa visual artis yang akan menginterpretasi hasil remix tersebut.

Single Hey Beb!!! konsep Ethnic Dance Music (EDM) dan Sound of Indonesia juga berkolaborasi dengan beberapa visual artis.
Single Hey Beb!!! konsep Ethnic Dance Music (EDM) dan Sound of Indonesia juga berkolaborasi dengan beberapa visual artis.
"Lagu HeyBeb!! itu bercerita tentang cewek. Sebenarnya cewek itu yang memegang peranan penting dan dia yang lebih playgirl. Cowok itu justru sebenarnya tidak ada apa-apanya, lo justru harus lebih hati-hati dengan cewek," ujar Bhismo sang vokal dan taganing Batak.

Bulan puasa kemarin ketika Glenn Fredly membuat gebrakan di industri musik Tanah Air dengan mengeluarkan musik religi berjudul "Hidayah". KunoKini diajak untuk mengisi lagu Tuhan Tak Perlu Dibela berkolaborasi dengan Havis Della MC, Indra Lesmana dan Archipelago Choir

KunoKini memulai debut tahun 2010 dengan merilis album Reinkarnasi. Satu tahun kemudian setelah album Reinkarnasi tersebut rilis, KunoKini bersama Kereta Senja Management menggelar konser tunggal pertama di Gedung Kesenian Jakarta berjudul sama. Secara produksi konser tunggal Reinkarnasi terbilang sebagai salah satu maha karya panggung KunoKini.

Berturut-turut bermitra dengan Kereta Senja Management, tanggal 26 bulan Oktober 2013 KunoKini menggelar konser tunggal Kembali Ke Akar di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta dengan konsep sederhana dan menceritakan perjalanan anak manusia Indonesia dalam menemukan jati diri berbangsanya. Lalu pada tanggal 10 Desember kembali menggelar konser tunggal bertajuk 'Masa Lalu Untuk Masa Depan' yang merupakan konser retrospektif menceritakan perjalanan KunoKini selama 10 tahun dalam perjuangannya memperkenalkan alat-alat musik tradisional. Konser Kembali ke Akar kembali dipanggungkan di Jogjakarta dan Bandung pada tanggal 9 Maret & 22 Juni 2014 dengan konsep yang berbeda-beda.

Kemarin, Sabtu 15 Oktober 2016, KunoKini kembali mengguncang Auditorium Galeri Indonesia Kaya dengan konser Kembali ke Akar Dengan Bebunyan Nusantara.

Selama tiga tahun terakhir ini, KunoKini membuat program #KembaliKeAkar untuk mendalami, mengeksplorasi, serta mengingat akar musik Tanah Air.  Sebuah kampanye khusus untuk mengajak anak-anak muda untuk kembali ke akar musik dengan mengenalkan berbagai instrumen tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun