Karena penderitaannya di kamp-kamp konsentrasi, ia tiba pada kesimpulan bahwa bahkan dalam situasi yang paling absurd, menyiksa dan mendehumanisasikan, kehidupan dapat bermakna dan bahkan penderitaan pun bermakna. Kesimpulannya ini kelak menjadi dasar yang kuat bagi pemikiran psikiatri yang dikembangkan oleh Frankl, logoterapi.
Seorang yang merdeka berpikir dan merdeka bertindak, tidak lagi dipengaruhi oleh apa-apa yang ada disekitarnya yang bisa memberikan pengaruh negatif, kekecewaan, kemarahan, bahkan juga terhadap rasa bangga, dan kebahagiaan. Orang yang merdeka berpikir dan merdeka bertindak, melakukan semua itu berdasarkan tata nilai atau values yang diyakininya, sumber energi internal, bukan apa yang ada diluar.
Itu sebabnya bagi para profesional dalam sebuah perusahaan, tetap bisa mempraktekkan merdeka berpikir dan merdeka bertindak karena ia memiliki tata nilai atau values yang kuat didalam dirinya yang menggerakkannya untuk terus bertindak profesional. Bukan menjadi pemuja pemilik korporasi demi gaji dan fasilitas untuk kenyamanan pribadi namun menjual harga (baca:nilai) diri.
Sekalipun terikat dalam sistem korporasi yang memiliki kultur dan tata nilai yang kuat, bahkan sekalipun itu sangat dipengaruhi secara subjektif oleh pemilik korporasi, seorang profesional akan tetap tampil dengan kekhasannya sendiri. Tidak menabrak sistem yang ada, namun ia berjalan selaras dalam rambu-rambu profesionalisme dan kebenaran yang universal.
Dalam filsafatnya, Kyai Gus Dur, Kyai yang Presiden, mengajarkan kepada kita bahwa orang yang masih terganggu dengan hinaan dan pujian manusia, dia masih hamba yang amatiran. Artinya dalam konteks ini, kemerdekaan kita dalam berpikir dan bertindak masih sangat dipengaruhi oleh pengakuan dari orang lain, kelompok, sistem, atau apapun yang ada diluar kita. Kita disetir oleh mereka.
Orang yang merdeka berpikir dan merdeka bertindak, bergerak berdasarkan values pribadi mereka bukan karena orang lain atau situasi diluar mereka.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H