Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"The Midcareer" Sebuah Tantangan Bagi Usia 40+

30 Desember 2022   16:50 Diperbarui: 10 Januari 2023   12:38 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sukses berkarir (kompas.com)

Usia pertengahan yang berkisar dalam rentang 40 sampai 55 tahun memang identik dengan kematangan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Pada usia ini seseorang biasanya sudah memiliki pekerjaan atau usaha dengan penghasilan yang bisa diandalkan untuk keberlangsungan keluarga, anak-anak sudah mulai menempuh pendidikan menengah atau tinggi, bahkan bisa jadi sudah ada yang menikah dan memberikan cucu pertama, tentu ini hal yang membahagiakan bagi kehidupan sebuah keluarga.

Dalam sudut pandang yang lebih mikro pada seseorang selaku pribadi maka usia pertengahan seringkali dijadikan ukuran keberhasilan seseorang dalam meniti karirnya, itu bisa berarti karir sebagai seorang profesional, karyawan, atau pengusaha. 

Tentu banyak dinamika yang terjadi dalam proses masing-masing pribadi untuk mencapai kesuksesannya. Ada yang begitu cepat menjadi sukses dan kaya, namun ada juga yang harus jatuh-bangun berkali-kali sampai akhirnya mencapai puncak kesuksesan karir atau usahanya.

Beberapa tokoh ini bisa menjadi inspirasi bagi kita ketika berada pada fase usia 40 tahun menuju 55 tahun. Sebuah fase yang dikenal dengan istilah "The Midcareer".

Pak Ndul Ahlinya Ahli, Core of the Core.

Kita tentu tidak asing dengan susunan kata Ahlinya Ahli atau Core of the Core, kalimat khas dari pak Ndul alias Ahmad Sukoco. Cek saja di google atau YouTube, cukup tulis kalimat pak Ndul, Ahlinya Ahli, atau Core of the Core, maka dengan cepat kita diarahkan ke akun YouTube-nya. 

Siapa menyangka wong ndeso tani asal Desa Muneng, Kecamatan Pilangkenceng, Jawa Timur ini berhasil menang menjalani fase "the midcareer" pada usia 44 tahun, dan mengumpulkan pundi-pundi kekayaannya.

Kisahnya penuh perjuangan sebagaimana dilansir dari regional.kompas.com ia mengaku, "Awalnya gagal dan gagal karena tidak konsisten dan ketidaktahuan saya tentang YouTube. Kondisi ini menjadikan viewer-nya tidak ada karena nilai jualnya kurang dan belum ada ide-ide yang cemerlang. Dari situ saya belajar hingga menghabiskan waktu ratusan jam apa sih YouTube itu dari tutorial di YouTube," kata Pak Ndul.

Sekitar tahun 2017, pada masa-masa itu Pak Ndul memasuki fase krisis dalam perjuangannya untuk mendapatkan penghasilan tambahan selain dari bertani. Krisis yang dimaksud adalah kesenjangan yang besar antara peningkatan kemajuan usaha digital konten creator yang ia bangun dengan harapan peningkatan penghasilan yang signifikan. Padahal usianya sudah lebih dari 40 tahun dengan banyak tanggungjawab ekonomi keluarga yang ditanggung.

Sampai akhirnya pada akhir maret 2018 ia menemukan keahlian -baca: kompetensi-  yang cocok dengan tuntutan teknologi digital konten creator yang ia rintis dalam bentuk chanel Youtube "Wagu" atau Waton Guyon, pada usia 44 tahun. Saat artikel ini dibuat pada penghujung tahun 2022, akun tersebut telah memiliki 1,21 juta subscriber, ia telah memproduksi 175 video, dan pada salah satu video berjudul Penghemat BBM yang dibuat pada 2019 telah ditonton sebanyak 5,1 juta kali.

Berapa penghasilan Pak Ndul? Kita bisa mendapatkan jawaban dari berbagai platform media sosial, mengutip dari jogjakartanews.com penghasilan Pak Ndul kini sudah mencapai ratusan juta rupiah per bulan dan tembus Rp 2 Miliar lebih dalam setahun. 

Hasil yang sangat sepadan dengan tekad besarnya untuk belajar memahami algoritma YouTube beratus-ratus jam, dan kemampuannya membangun tim kecil untuk saling memenuhi skills khusus yang menjadi tuntutan teknologi digital yang sebenarnya bukan ranah keahliannya sebagai seorang petani.

Andi F. Noya.

Siapa tidak mengenal Andi F. Noya alias Andi Flores Noya, presenter ternama yang menjadi host salah satu acara yang judulnya diambil sendiri dari namanya, yaitu Kick Andy, sebuah acara talk show yang disiarkan oleh MetroTV dan tayang setiap Jumat malam.

Pria kelahiran 6 November 1960 ini telah memulai karirnya sejak usia 20an sebagai reporter di salah satu media harian grup Tempo. Berlanjut dengan karirnya di koran Media Indonesia, melangkah ke dunia televisi dengan memimpin program Seputar Indonesia dan berlanjut lebih dalam di grup RCTI.

Pada tahun 2007 ia menjadi pemimpin redaksi MetroTV, dan  namanya menjadi masyur di masyarakat ketika  ia menjadi host yang membawakan acara talk show Kick Andy, nama program yang diambil dari namanya sendiri.

Disini bakatnya sebagai presenter terasah. Terbukti, program acara tersebut dan dirinya sendiri mendapatkan penghargaan Panasonic Awards sebagai acara dan host terbaik. Pria yang saat ini berusia 62 tahun ini sudah malang melintang di dunia jurnalistik. Dari perjalanan panjangnya itulah, eksistensinya di dunia jurnalistik baru terasa setelah lewat 40 tahun, dilansir dari kapanlagi.com.

Karir jurnalistik Andy F. Noya tidak sebatas di MetroTV saja, pada tahun 2015 hingga 2017, Andy F. Noya dipercaya membawakan talkshow Big Bang Show yang tayang di Kompas TV. Program ini lebih berfokus mengangkat beragam kisah inspiratif dari kaum muda yang peduli akan masyarakat sekitarnya dengan melakukan serangkaian kegiatan bisnis.

Sedangkan pada tahun 2020, Andy F. Noya dipercaya menjadi host talkshow terbaru NET, yaitu Good People sesuai dengan nama sapaan penggemar setia NET. Program ini sendiri hampir sama dengan Kick Andy yang dibawakannya di MetroTV, bedanya narasumber diwawancarai secara daring lewat aplikasi Zoom, membahas mereka yang bergerak menebar kebaikan di tengah Pandemi Covid-19.

Kini dalam usia 62 tahun Andi F. Noya memilih untuk tinggal di desa Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah. Tinggal di rumah yang sangat indah, sebagai rumah masa pensiun yang didirikan diatas tanah seluas satu hektar dengan pemandangan sungai, hamparan sawah hijau yang luas, dan keindahan gunung Slamet. Berapa nilai hartanya? Sudah bisa membayangkan sendiri, kan..

The Midcareer, saatnya anda memutuskan.

Sebagaimana awal dari tulisan ini bahwa midcareer atau karir pertengahan seseorang pada rentang 40 sampai 55 tahun memang identik dengan kematangan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Pada usia ini seseorang biasanya sudah memiliki pekerjaan atau usaha dengan penghasilan yang bisa diandalkan untuk keberlangsungan keluarga, anak-anak sudah mulai menempuh pendidikan menengah atau tinggi, bahkan sudah ada yang menikah dan memberikan cucu pertama.

Namun disisi lain juga ada berbagai persoalan yang mengikuti tahap pertengahan usia kehidupan ini, misalnya: biaya studi anak-anak yang tidak bisa dibilang sedikit, biaya untuk mendapatkan rumah atau kendaraan baik diperoleh secara cash atau kredit, beberapa kredit konsumtif yang memang sengaja direncanakan, atau tanggungjawab finansial lain.

Bukan hanya masalah ekonomi semata persoalan yang bisa muncul, sebab sebagai manusia yang bersifat makhluk sosial, hubungan dengan orang lain juga bisa menjadi masalah bila tidak dipelihara dengan baik. Relasi atau hubungan sosial tersebut misalnya: hubungan dengan anggota keluarga, hubungan dengan mertua, hubungan dan lingkungan masyarakat sekitar, hubungan dengan sesama rekan kerja dan atasan di kantor. Mungkin juga hubungan dengan rekan-rekan di pelayanan sosial atau keagamaan yang kurang dipelihara, atau memang kurang cocok sehingga menjadi masalah.

Oleh karena itu pada masa pertengahan usia ini seseorang dituntut untuk mengkaji ulang struktur perjalanan hidupnya, termasuk pilihan dan perjalanan karirnya yang sudah ia jalani sejak usia 20an. Tujuan kita mengkaji ulang adalah untuk melihat kembali apakah kita sudah berjalan dalam jalur yang benar menuju pada impian/target/tujuan akhir kita atau justru semakin menjauh? Jika semakin jauh maka sekaranglah ada kesempatan untuk memilih merubah impian atau memilih memperbaiki jalannya untuk menuju impian semula.

Pada fase the midcareer ini ada dua hal yang biasanya menjadi persoalan utama untuk segera diputuskan solusinya, yaitu:

1. Adanya kesenjangan antara perkembangan karir dengan tanggungjawab yang diemban. Atau,

2. Ketidakmampuan menguasai  keahlian yang dibutuhkan oleh karir yang sedang diemban, apalagi dikaitkan dengan intervensi teknologi masa kini yang tidak bisa dihindari implementasinya.

Yang dimaksud pada poin pertama adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang bagus dan dapat diandalkan dalam mengemban jabatan atau karirnya, namun perjalanan karirnya mentok karena perusahaan tidak memiliki sistem pengembangan karir yang memadai. Alhasil ia tidak mendapatkan penghargaan yang sebanding dengan kemampuan dan tanggungjawabnya.

Pada kasus seperti ini pilihan terbaik adalah keluar dan mengembangkan diri di tempat lain, atau mengembangkan usaha baru yang lebih menjanjikan. Jika memutuskan bertahan, maka harus berdamai dengan diri sendiri agar tidak terbebani, berusaha tetap memberi kontribusi bukan dalam rangka mendapatkan promosi namun lebih kepada aktualisasi diri dan membangun orang lain.

Kemudian yang dimaksud pada poin kedua adalah seseorang yang pada perjalanan karirnya cukup bagus sampai suatu ketika pada posisi karir tertentu mentok juga, padahal perusahaan memiliki sistem pengembangan karir yang terbuka untuk kemajuan setiap karyawannya. Usut punya usut ternyata ia tidak mampu menguasai skill/ keahlian/ kompetensi yang menjadi tuntutan pada jabatan karir tersebut.

Untuk kasus seperti ini solusinya hanya dua. Pertama ubah mindset sendiri dari yang semula tidak memiliki motivasi untuk belajar menguasai keahlian tertentu menjadi mindset baru yaitu menjadi pribadi pembelajar. Pribadi pembelajar adalah pribadi yang selalu terbuka atas perubahan yang terjadi, termasuk tuntutan untuk belajar sesuatu dalam rangka meningkatkan kapasitas diri untuk memecahkan persoalan pekerjaan atau karir.

Pribadi pembelajar memiliki nilai/value "Belajar Sepanjang Hayat". Dengan memiliki mindset baru ini, seseorang akan lebih mudah dalam belajar menguasai skill atau keahlian baru termasuk penerapan teknologi masa kini terutama teknologi digital yang mau tidak mau harus diaplikasikan dalam rangka meningkatkan produktifitas organisasi atau perusahaan.

Contoh nyata untuk kasus pribadi pembelajar ini adalah kisah jatuh bangun usaha digital konten kreatif Pak Ndul si wong ndeso tani dari Madiun, dan kemampuan Andi F. Noya untuk terus mengembangkan keahliannya ketika tuntutan karir semakin tinggi di dunia jurnalistik yang ditekuninya sejak usia 20an tahun. Keduanya berhasil. Berhasil pada usia 44 dan 47 tahun.

Solusi kedua adalah dengan ikhlas lengser dari posisi karir tersebut lalu menjadi bagian dari tim support bagi pemegang jabatan yang baru. Tentu prosesnya  harus dilakukan dengan cara yang rapi, smooth dan elegan, demi kemajuan perusahaan dan kebaikan semua anggota. Jiwa besar untuk tetap saling menghargai dan memberi penghormatan baik kepada pemimpin atau anggota menjadi budaya penting yang harus dikedepankan pada situasi ini, bahkan bila keputusan yang diambil adalah resign sekalipun.

Demikianlah tantangan karir pada usia pertengahan yang banyak dihadapi oleh para profesional maupun pengusaha. Ada yang prosesnya dirasakan sebagai sebuah krisis usia yang menyakitkan, namun ada pula yang menganggapnya biasa saja. Ada yang menyadari kehadiran krisis midcareer tersebut dan menghadapinya dengan baik, namun ada pula yang tidak menyadarinya.

Pada akhirnya, setiap orang yang mampu menghadapi tantangan fase midcareer ini akan menjadi pribadi yang sukses dan tetap produktif meneruskan perjalanan karirnya ke fase late career. Sedangkan bagi yang tidak mampu menghadapi tantangan pada fase ini akan mengalami stagnasi dan frustasi yang merugikan diri sendiri dan perusahaan.

***

Referensi: 1, 2, 3, 4, 5.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun