Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Duh Anakku Mulai Jatuh Cinta

11 November 2022   15:11 Diperbarui: 27 November 2022   19:31 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menghubungi anak pacar (Sumber: Dragonimages via lifestyle.kompas.com)

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..."

(Kahlil Gibran)

Kelas dua SMP adalah masa puber yang indah, saat itulah saya merasa getaran hati yang berbeda ketika melihat gadis yang saya suka. 

Setiap kali berangkat sekolah saya melihat sosok gadis cantik dengan rambut sebahu yang akan naik ke bus yang juga saya tumpangi, sebut saja Dea. Dua tahun mengalami peristiwa seperti ini disetiap hari membuat tumbuh subur rasa suka dalam hati saya.

Maka mulailah saya mencari kelasnya, mencari siapa saja teman-temannya dan ikut berteman dengan mereka pula, mencari tahu seperti apa keluarganya apakah lebih kaya atau lebih miskin atau sama dengan keluarga saya, seperti apa bapaknya galak atau ramah, hehe...

Akhirnya saya temukan bahwa Dea ini berteman pula dengan teman sekelas saya, Lina. Karena sering bertanya tentang dirinya, maka teman saya ini akhirnya tahu bahwa saya suka dengan Dea. Resiko sebuah perjuangan.

Entah bagaimana ceritanya saya lupa detilnya, saya suatu kali mengirim surat kepada Dea melalui Kotak Pos, dan surat itu tak pernah terbalas..hehehe. 

Kemudian tak kurang akal saya akhirnya menulis surat lagi dan saya titipkan kepada Lina agar disampaikan kepada Dea. Akal cerdik dengan pengorbanan menutup rasa malu saya dihadapan Lina, karena pasti setelah itu satu kelas saya bakal tahu kisah epik ini, haaa...haa.

Apa yang saya rasakan saat itu?

Saya merasa bersemangat setiap kali hendak berangkat sekolah, karena pasti saya akan berjumpa dengan Dea, walapun faktanya lebih sering saya hanya melihat dia dari jauh, atau bahkan hanya dari dalam bis yang melaju karena tak mau berhenti ketika tangannya melambai berusaha menyetop.

Saya merasa suka tapi saya juga bingung dengan perasaan suka ini. Mau curhat kok malu, mau konsultasi ke orang tua tapi takut dimarahi. Jadi ya sudah jalani saja.

Dan kisah ini berakhir dengan tak pernah terbalasnya kedua surat saya, juga muncul rasa malu ketika bertemu dengannya, sebenarnya lebih pas rasa tidak enak takut melukai perasaannya. Untunglah di awal kelas tiga, Dea pindah kota lain, fix kisah ini tamat dengan tuntas. Selamatlah saya..qiqiii..

Mungkin saja kisah saya puluhan tahun lalu masih relevan dengan masa pubertas anak saya saat ini. Bukan tentang naik bisnya atau nulis suratnya, namun tentang dinamika emosionalnya ketika mulai jatuh cinta untuk yang pertama kali. Jadi begini tips buat orang tua menghadapi anak yang mulai jatuh cinta dengan lawan jenis:

Orang Tua Buka Hati Untuk Anak

Sebaiknya orang tua memulai komunikasi kepada anak, mengenalkan tentang hubungan lelaki dan perempuan dari masa remaja, pemuda, kuliah, pacaran, dan menikah. 

Mengisahkan perjalanan cinta yang pernah dialami ayah dan ibu secara bijak akan membuka wawasan anak tentang pacaran yang benar.

Sejoli/freepik.com
Sejoli/freepik.com

Tidak perlu merasa malu menceritakan kisah cinta monyet, atau cinta masa remaja yang kadang banyak kisah konyol, lucu, yang bikin malu. 

Tertawa saja atas semua kisah itu, biarlah kisah lucu dan konyol itu menjadikan suasana dengan anak Anda menjadi cair dan akrab. Ingat ini masalah jatuh cinta pertama anak anda, bisa jadi dia masih takut dan sensi.

Buka hati untuk anak bukan hanya tentang bercerita saja, tetapi sebuah upaya membangun ruang bersama, dan membangun rasa kepercayaan anak. 

Ketika anak merasa bahwa orang tuanya pernah mengalami hal yang sama seperti kisahnya, ia mulai merasa nyaman, selanjutnya merasa aman untuk balik bercerita tentang kisahnya.

Beri Telinga Untuk Anak

Selanjutnya adalah pasang telinga baik-baik untuk anak ketika ia bercerita, jangan buru-buru menyela, ikuti gesturnya, usahakan menunjukkan respect sebaik mungkin. Biarkan anak merasa dihargai ketika bercerita hal yang belum pernah dialaminya, sebuah gejolak yang benar-benar baru dan asing.

Berdiskusilah Sebagai Teman

Artinya posisikan diri Anda sejajar dengan anak ketika dialog dilakukan. Posisi sejajar lebih pas dengan memerankan diri sebagai teman. 

Teman tidak memberikan judgement atau penghakiman, teman akan bertanya dan memberikan saran. Pertanyaan dan saran yang Anda ajukan hubungkan dengan nilai/value kehidupan yang keluarga Anda yakini, sehingga dialog ini memiliki arah yang jelas.

Bertanya dan memberikan alternatif-alternatif saran akan memudahkan anak untuk mendapatkan pilihan sikap dan latar belakang pemikiran yang lebih mendalam. 

Pertanyaan bukan untuk mendapatkan sekali jawaban, namun untuk terus menggali setiap jawaban sampai ketemu sebuah kesepakatan. Kesepakatan tentang apa yang akan dilakukan anak pada saat ini, dan kesepakatan posisi orang tua dalam hal ini.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun