Miris memperhatikan perilaku-perilaku beberapa oknum masyarakat yang terkesan mengutamakan keuntungan dan kenyamanan diri sendiri serta  tidak peduli dengan orang lain di masa pandemi yang semakin menggila ini. Bukan hanya perilaku yang ditunjukkan oleh masyarakat strata bawah seperti pedagang makanan kecil, kaki lima, namun hal yang sama juga ditunjukkan oleh mereka tergolong pengusaha yang lebih mapan maupun institusi yang lebih terdidik.
Berikut ini adalah 5 Â perilaku ironis yang terjadi di masyarakat, dikala pandemi Covid-19 semakin mengganas dan merenggut banyak korban jiwa:
1. Pedagang Makanan Tak Bermasker: Insting tajam nurani tumpul
Kisah di Toko Roti
Suatu sore istri saya kirim pesan via WA messenger, memberi tahu bahwa anak kami diterima di SMP favoritnya. Sebagai apresiasi ia berpesan agar saat pulang kerja saya mampir toko roti. Membeli roti taart bulat, persis seperti roti ulang tahun, namun tulisannya diganti ucapan selamat diterima di SMP favorit tersebut.Â
Sebelum ke toko roti saya mampir ke resto waralaba ayam goreng lokal yang cukup terkenal karena banyak memiliki outlet. Suasana parkiran rapi, dan konsumen yang sedang makan ditempat juga tidak banyak.Â
Di meja pemesanan terdapat berbagai petunjuk prokes, tanda jaga jarak, botol cairan antiseptik, dan tirai plastik bening yang memisahkan antara kasir dan pembeli. Semua nampak rapi, dan pesanan ayam goreng saya dilayani dengan cepat, bersih, dan sangat taat prokes.
Setelah membeli ayam goreng, saya melangkah ke toko roti yang bersebelahan. Tokonya tidak terlalu besar, hanya sekitar 5x4 meter, etalase kaca memamerkan berbagai roti yang nampak sedap.Â
Ada pula lemari showcase khusus untuk roti taart. Toko ini rupanya melayani pembelian online sehingga tidak begitu ramai orang datang membeli ditempat. Â Kasir toko yang adalah seorang wanita yang tidak banyak bicara juga memakai masker dan ada sebotol handsanitizer di meja nya.
Setelah ngobrol singkat menyampaikan apa yang saya cari ke mbak kasir, lalu saya diminta memilih roti-roti yang berada dalam showcase. Dan pilihan saya tertuju pada roti taart bulat berdiameter 30 Cm, berwarna coklat dengan toping putih.Â
Saya minta agar dibuatkan tulisan seperti yang saya mau. Mbak kasir kemudian memanggil karyawan dibagian belakang, sepertinya bagian dapur, untuk mengambil roti tersebut dan menyiapkan tulisannya.
"Dug.." orang tersebut tidak memakai masker..hmm. Hati saya mulai gelisah. Sambil menunggu saya berharap dia memakai masker saat membuat tulisan pada roti tersebut. Tak berapa lama ia keluar dan membawa roti taat yang nampak lebih indah dengan tulisannya, tapi ia tidak memakai masker..saya mulai gusar. Saya bilang ke mas terebut, "Mas tolong pakai masker dong, nggak nyaman saya melihatnya".Â