Kita akan memanfaatkannya untuk bisa digunakan membantu anak, dengan disesuaikan daya nalar anak dan bahasa yang mudah mereka tangkap.
Sebelum mengajarkan kepada mereka, mari kita pelajari dulu alat bantu sederhana ini:
Dalam matriks ini terdapat 4 bidang situasi penilaian yang harus kita lakukan yaitu:
Tidak Penting, Tidak Mendesak
Contohnya seorang anak bernama Viel masih berusia 7 tahun berada di kelas 1 SD sedang mengerjakan PR. Tentu tidak sendiri, sebab butuh pendampingan orang tua, anggaplah saat itu anda sedang mendampinginya mengerjakan PR.
Tiba-tiba beberapa anak menghampiri ke rumah dan dengan serempak penuh semangat berteriak merdu, "Viiieeel....ayo maiin, Viiel...ayo maiin, Viiieeel...ayo main...". Cobaan berat bukan, heee..
Bagaimana cara mengedukasi anak agar memahami situasi ini, mengerti tanggung jawabnya dan bisa memutuskan tindakan berdasarkan pertimbangan yang benar? Bukalah dialog yang membuat anak merasa mendapatkan solusi atas dua situasi yang sama-sama ingin ia nikmati.
Misalnya, "Adik ayo PR-nya tinggal sedikit lagi, setelah selesai mengerjakan PR adik boleh bergabung dengan teman-teman untuk bermain sepuasnya".Â
Di sini kita mengajarkan anak untuk berani melakukan penundaan atas sebuah kesenangan. Ini adalah tentang latihan kemampuan mengendalikan diri, mengendalikan keinginan demi sesuatu yang lebih baik kemudian.
Atau, bisa juga dengan mengatakan bahwa adik adalah anak hebat, adik bisa mengerjakan PR dulu sampai selesai baru kemudia bermain bersama teman-teman. Pakailah bahasa persuasif yang memberikan apresiasi bahwa anak adalah pribadi yang memiliki hak untuk menentukan pilihan yang baik.
Jangan menggunakan kata larangan atau bahkan perintah yang akan membuat hati anak menciut. Jika itu yang sering dilakukan maka dampak ke depannya anak akan menjadi penurut karena takut, sekadar ingin menyenangkan orang tua atau orang yang lebih berkuasa.