Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Papa Bolehkah Aku (yang Kristen) Ikut Berpuasa?

17 April 2021   22:21 Diperbarui: 18 April 2021   05:46 3599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perbincangan hangat seorang ibu dan anak. Sumber: flipboard.com

Tidak perlu merasa takut bahwa anak akan berpindah agama gara-gara mengetahui ajaran agama lain, maaf itu pemikiran yang terlalu sempit.

Justru ketika anak mengetahui dengan benar maka rasa penasarannya akan terpuaskan, dengan demikian orangtua bisa kembali mengarahkan pada prinsip-prinsip yang dianut dengan lebih baik.

Jangan Memberangus Rasa Penasaran Anak

Mengapa rasa penasaran anak tidak boleh di berangus, dibungkam, atau dinihilkan?

Sesuai dengan usia tumbuh kembangnya, otak anak akan berfungsi semakin lengkap. Pada jalur saraf otak yang mendukung komunikasi, pemahaman, hingga emosional, akan berkembang dengan baik apalagi jika didukung dengan asupan nutrisi yang baik dan stimulasi yang dirancang secara sistematis.

Bertanya, merupakan salah satu tanda istimewa perkembangan otak anak. Di dalam bertanya anak membangkitkan keberanian untuk mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya, ini berarti ia bebas dari rasa takut, atau berhasil membesarkan rasa berani sekaligus mengecilkan rasa takut demi mendapatkan sebuah jawaban. Ini hebat bukan, perhatikan beberapa aspek yang muncul ketika anak bertanya: ada rasa penasaran, ada keberanian, ada mengelola ketakutan.

Sebuah perkembangan kognitif yang harus disyukuri dan didukung, bukan dihindari dengan mematahkan semangat anak ketika bertanya karena ogah menjawab dan malas mencari jawaban yang bisa diterima anak sesuai tumbuh kembangnya. Mematahkan semangat bertanya anak sama saja dengan mematikan perkembangan saraf-saraf otak anak.

Ilustrasi Perbincangan hangat seorang ibu dan anak. Sumber: flipboard.com
Ilustrasi Perbincangan hangat seorang ibu dan anak. Sumber: flipboard.com

Keberanian Bertanya adalah Perkembangan Kognitif yang Baik

Psikolog dan tokoh konstruktivisme berkebangsaan Swiss, Jean Piaget (1896-1980) menyatakan bahwa anak mengkonstruksi pengetahuan tentang realitas lewat rangkaian proses transformasi (gelisah, bertanya, mencari) dan pengendapan (refleksi) secara berulang-ulang dan dengan begitu ia mengalami perkembangan. Inilah yang disebut teori perkembangan kognitif.

Perkembangan itu berlangsung dalam tahap-tahap, masing-masing tahap ditandai oleh cara atau kemampuan penalaran yang berlainan. Secara garis besar Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap:

  1. Tahap sensori motor
  2. Tahap pra operasi
  3. Tahap operasi konkret
  4. Tahap operasi formal

Tahap sensori motor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawinya. Tahap pra-operasi diwarnai dengan mulai digunakannya simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khususnya penggunaan bahasa.

Tahap operasi konkret ditandai dengan penggunaan aturan-aturan yang logis dan jelas. Dan tahap operasi formal dicirikan dengan pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif, serta induktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun