Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ingin Komunitasmu Eksis, Perhatikan Ini!

3 April 2021   13:51 Diperbarui: 6 April 2021   12:39 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Merayakan Ulang Tahun Anggota Komunitas. Sumber: Dokpri.

Kebahagiaan akan selalu datang di tengah kebersamaan. Apa pun itu, lakukanlah bersama-sama. Hidup ceria dan bahagia ketika senyum bersama. #nn

Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", pada umumnya memiliki ketertarikan pada hal yang sama, atau memiliki tujuan dan kebutuhan yang sama.

Salah satu komunitas yang menarik untuk diamati adalah komunitas sepeda, yang tersebar di berbagai tempat di tanah air. Komunitas sepeda berangkat dari kesamaan hobi olah raga sepeda, tentu tujuan berolah raga ini adalah untuk mendapatkan tubuh yang sehat, fit, dan juga refreshing atau rekreasi. 

Dalam perkembangannya olah raga sepeda bermanifestasi dalam banyak kegiatan-kegiatan turunan yang  bervariasi. 

Mulai dari arisan kelompok sepeda, bisnis sepeda, fotografi, sampai dengan kegiatan sosial seperti komunitas donor darah, pembagian makanan gratis, sumbangan kepada lembaga sosial seperti panti asuhan dan panti wredha, dan sebagainya.

Ilustrasi Komunitas Kecil Pesepeda. Sumber: Dokpri.
Ilustrasi Komunitas Kecil Pesepeda. Sumber: Dokpri.
Komunitas yang mampu menjaga tujuan keberadaannya akan relatif bertahan lama dan menjadi magnet bagi perseorangan, kelompok lain, maupun masyarakat awam untuk bergabung. 

Salah satu hal yang membuat komunitas bisa bertahan lama bahkan semakin berkualitas adalah adanya kohesivitas kelompok. Yaitu daya tarik emosional sesama anggota kelompok yang saling  menyukai, saling membantu, dan secara bersama-sama saling mendukung untuk tetap bertahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. 

Tujuan bersama itu bisa berupa tumbuhnya rasa persaudaraan yang kuat, pencapaian hasil kerja, terselesainya sebuah kegiatan, atau sekedar bersenang-senang. Dalam bahasa sederhana kohesivitas kelompok boleh disebut sebagai kekompakan kelompok.

Ilustrasi Merayakan Ulang Tahun Anggota Komunitas. Sumber: Dokpri.
Ilustrasi Merayakan Ulang Tahun Anggota Komunitas. Sumber: Dokpri.
Keterlibatan anggota kelompok untuk saling memperhatikan satu sama lain menjadi faktor penting untuk mengelola kohesivitas kelompok. 

Hal ini bisa diaktualisasikan dengan membuat variasi acara bersepeda yang menarik, misal merayakan hari ulang tahun anggota, mengucapkan selamat atas pembukaan usaha baru, mengucapkan selamat atas keberhasilan studi, mengunjungi  anggota yang sakit, atau yang berdukacita.

Ilustrasi Merayakan Ultah Anggota Komunitas dengan Donat Gowes. Sumber: Dokpri
Ilustrasi Merayakan Ultah Anggota Komunitas dengan Donat Gowes. Sumber: Dokpri
Bukan saja hal-hal seremonial semata yang bisa dilakukan, bila kualitas hubungan dalam komunitas atau kelompok semakin baik maka bisa jadi akan menumbuhkan perasaan persaudaraan yang ditandai dengan semakin kuatnya rasa kepedulian, rasa sepenanggungan, saling berempati, kepekaan, saling memperhatikan, ikhlas untuk membantu kerepotan anggota, dan sebagainya.

Pada kelompok yang kohesivitasnya tinggi, maka  para  anggotanya mempunyai  komitmenyang tinggi pula untuk mempertahankan kelompok tersebut, hal itu teraktualisasi dalam keterlibatan yang intens diantara anggota-anggotanya. 

Jika anggota  kelompok menunjukkan interaksi  dengan  sesama anggota secara  kooperatif, maka  kelompok  tersebut  memiliki kohesivitas  yang  tinggi. 

Ilustrasi Bersepeda dan Berwisata. Sumber: Dokpri.
Ilustrasi Bersepeda dan Berwisata. Sumber: Dokpri.
Berbeda dengan  kelompok  yang   kohesivitasnya   rendah, akan terjadi hal yang sebaliknya, dimana perilaku  para anggotanya  adalah cuek, minimalis, dingin, mudah terprovokasi, sensitif, bahkan meningkat menjadi agresif,  bermusuhan  dan  senang  menyalahkan sesama  anggotanya. Jika ini terjadi dan tidak segera dikelola maka akan berujung pada bubarnya komunitas atau kelompok secara tragis.

Untuk memberikan gambaran siklus perkembangan sebuah kelompok atau komunitas berikut ini penjelasan pakar psikologi Schutz, yang  berlaku untuk kelompok atau komunitas apapun:

Tahap Inklusi

  • Orang-orang yang berjumpa untuk pertama kalinya dalam kelompok akan diperhadapkan pada pertanyaan apakah akan meneruskan masuk ke dalam kelompok atau keluar. Pertanyaan ini berkaitan dengan posisi masing-masing orang dalam kelompok itu, pentingnya kelompok tersebut, identitas pribadi dalam kelompok, seberapa jauh seseorang mau melibatkan dirinya, dan sebagainya.

Tahap Kontrol

  • Dalam tahap ini dinamika kelompok diwarnai dengan masalah pengambilan keputusan, persoalan pembagian kewenangan, kekuasaan, dan kontrol.

Tahap Afeksi

  • Setelah kelompok sudah terbentuk dengan baik, masalah wewenang dan kekuasaan sudah diselesaikan maka kemudian melangkah lebih dalam pada penyatuan emosi. Pada level ini biasanya terjadi pernyataan-pertanyaan emosi seperti marah, benci, kesal dan sebagainya. Masing-masing anggota berusaha mencari posisinya yang paling tepat didalam kelompok terkait dengan aspek afeksi ini.

Dengan memahami siklus perkembangan kelompok maka pemimpin dan setiap anggota kelompok mampu mengantisipasi bila kelompok sudah menunjukkan tanda-tanda perubahan fase, sehingga mampu saling mengendalikan diri dan mengelola kelompok agar tetap eksis.

Baca juga: Goweser Pemula Perhatikan ini!

***

Referensi:

Kohesivitas Kelompok

Teori-Teori Psikologi Sosial, oleh Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun