Pada kelompok yang kohesivitasnya tinggi, maka  para  anggotanya mempunyai  komitmenyang tinggi pula untuk mempertahankan kelompok tersebut, hal itu teraktualisasi dalam keterlibatan yang intens diantara anggota-anggotanya.Â
Jika anggota  kelompok menunjukkan interaksi  dengan  sesama anggota secara  kooperatif, maka  kelompok  tersebut  memiliki kohesivitas  yang  tinggi.Â
Untuk memberikan gambaran siklus perkembangan sebuah kelompok atau komunitas berikut ini penjelasan pakar psikologi Schutz, yang  berlaku untuk kelompok atau komunitas apapun:
Tahap Inklusi
- Orang-orang yang berjumpa untuk pertama kalinya dalam kelompok akan diperhadapkan pada pertanyaan apakah akan meneruskan masuk ke dalam kelompok atau keluar. Pertanyaan ini berkaitan dengan posisi masing-masing orang dalam kelompok itu, pentingnya kelompok tersebut, identitas pribadi dalam kelompok, seberapa jauh seseorang mau melibatkan dirinya, dan sebagainya.
Tahap Kontrol
- Dalam tahap ini dinamika kelompok diwarnai dengan masalah pengambilan keputusan, persoalan pembagian kewenangan, kekuasaan, dan kontrol.
Tahap Afeksi
- Setelah kelompok sudah terbentuk dengan baik, masalah wewenang dan kekuasaan sudah diselesaikan maka kemudian melangkah lebih dalam pada penyatuan emosi. Pada level ini biasanya terjadi pernyataan-pertanyaan emosi seperti marah, benci, kesal dan sebagainya. Masing-masing anggota berusaha mencari posisinya yang paling tepat didalam kelompok terkait dengan aspek afeksi ini.
Dengan memahami siklus perkembangan kelompok maka pemimpin dan setiap anggota kelompok mampu mengantisipasi bila kelompok sudah menunjukkan tanda-tanda perubahan fase, sehingga mampu saling mengendalikan diri dan mengelola kelompok agar tetap eksis.
Baca juga: Goweser Pemula Perhatikan ini!
***
Referensi:
Teori-Teori Psikologi Sosial, oleh Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono