Jika anda diminta untuk menggambarkan seperti apakah kehidupan ini? Apa kiranya yang muncul dalam benak anda? Mungkin anda akan mengatakan, "Hidup ini seperti sungai, mengalir saja".Â
Atau anda bisa juga dengan spontan mengatakan, "Hidup ini ibarat naik sepeda, jangan pernah berhenti mengayuh agar tidak jatuh", atau ada pula yang mengatakan, "Urip kuwi mung mampir ngombe", atau ada pula yang menggambarkan, "Hidup adalah permainan belaka, nikmati saja".
Semua gambaran itu sebenarnya adalah ungkapan pandangan hidup anda, sebuah konsep yang tertanam kuat dalam pikiran anda, yang secara tidak sadar  menjadi patron dalam hidup anda. Menjadi peta jalan yang anda lalui dalam menjalani kehidupan anda. Hal tersebut juga sebagai deskripsi bagaimana anda memaknai hidup anda, dan apa saja yang anda harapkan dicapai dalam hidup ini.
Orang-orang mungkin tidak sadar seringkali menunjukkan metafora kehidupannya melalui hal-hal simbolik seperti aksesoris rohani, perhiasan, stiker, mobil, gaya rambut, maupun cara berpakaian.Â
Metafora kehidupan yang tidak terucapkan mempengaruhi kehidupan anda lebih dari yang anda sadari. Itu menentukan nilai-nilai hidup anda, tujuan hidup anda, relasi sosial anda, dan prioritas anda dalam hidup ini.
Bagaimana Terbentuknya Metafora Kehidupan?
Sekali lagi metafora kehidupan adalah sebuah cara memandang dan memaknai kehidupan, hal ini sangat dipengaruhi oleh pikiran bawah sadar kita.Â
Pikiran bawah sadar berisi data atau informasi tentang kebiasaan-kebiasaan, perasaan, kepribadian, intuisi, kreativitas, keyakinan, pengalaman, pemahaman, penalaran, yang didapat dari sejak lahir sampai dengan saat ini.Â
Data yang terdapat dalam pikiran bawah sadar ini bisa berasal dari pengalaman langsung yang dilihat pada orang lain atau pengalaman yang dialami oleh diri sendiri.Â
Yang harus digaris bawahi adalah bahwa data-data yang ada pada pikiran bawah sadar ini bisa berupa data yang benar dan data yang salah, semua berkumpul menjadi satu.Â
Karena berkumpul menjadi satu dan tidak dibedakan, maka apabila ada rangsangan masuk kepada kita maka pikiran kita merespon dengan data yang ada, bisa salah, bisa pula benar.Â
Dengan kata lain pikiran bawah sadar dengan segala kumpulan data tersebut memiliki pengaruh yang besar pada pembentukan perilaku, dan respon terhadap apapun yang kita terima. Itu sebabnya cara kita menyimpulkan sudut pandang tentang hidup ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal yang tersimpan dalam pikiran bawah sadar kita tersebut. Metafora kehidupan kita adalah ungkapan dari pikiran bawah sadar kita.
Berbagai Metafora Kehidupan
Generasi 90-an tentunya masih menikmati lagu-lagu seniman kawakan seperti Ahmad Albar, Nicky Astria, Nike Ardila, dan lain-lain. Mereka ini semua pernah melantunkan lagu legendaris "Paggung Sandiwara" ciptaan Ian Antono dari grup band God Bless.Â
Judul lagu "Panggung Sandiwara" adalah sebuah metafora kehidupan pula, ia bercerita tentang bagaimana memandang kehidupan ini sebagai panggung cerita, sebuah kisah yang didalamnya ada berbagai peran yang dilakoni oleh masing-masing orang. Setiap orang sejak lahir, menjalani kehidupan dan sampai meninggal memiliki peran masing-masing.
Seorang yang memandang dirinya adalah sebatang lilin ditengah dunia yang gelap, akan berusaha memerankan dirinya sebagai penerang bagi yang lain, Â berperilaku yang memberi kebermanfaatan bagi orang lain, menunjukkan hal yang benar dan batil, mengajarkan cara hidup yang lebih baik sesuai norma-norma agama, dan menolong orang lain agar menemukan cahaya hidup.Â
Orang yang seperti ini harus menjaga kesadaran diri bahwa selain menerangi banyak orang namun ia juga menjadi perhatian banyak orang untuk apapun yang ia lakukan baik itu cara berpikir maupun cara bertindaknya, semakin sesuai keduanya berpadanan maka semakin mengarah kepada integritas dan keteladanan sejati.
Seseorang yang memandang dunia ini sebagai ladang pahala, Â ia akan berusaha berbuat amal kebaikan setiap hari.Â
Maka jangan heran jika anda melihat orang yang sangat dermawan, suka membantu yang membutuhkan, tidak pernah ragu merogoh koceknya ketika ada pengemis, atau menghentikan mobilnya lalu turun dan mengajak mbok bakul untuk nebeng sampai ke pasar tempatnya berjualan.Â
Bagaimana dengan orang yang memandang hidup ini sebagai sebuah peperangan? Ya tentu ia akan menunjukkan mental petarung. Bagi petarung atau pejuang tidak ada yang ditakutkan karena menang adalah sebuah keniscayaan untuk diperjuangkan.Â
Kemenangan adalah kebanggaan. Masalahnya adalah bisa jadi dia memandang orang disekitarnya sebagai pesaing atau lawan yang harus dikalahkan. Hidup menjadi kaku, tegang, tidak ada welas asih, dan harmoni.
Orang yang memandang hidup ini sebagai ujian, akan menjadikan setiap momen sebagai media untuk mengerjakan yang terbaik yang  bisa dilakukannya.Â
Menyelesaikan setiap persoalan demi persoalan, melewati kesulitan demi kesulitan, dan mencapai yang terbaik dengan segenap usaha.Â
Orang seperti ini biasanya memiliki prinsip dan nilai yang kuat dalam benaknya, mereka tidak mudah menyerah untuk setiap situasi sulit yang dihadapi, mencoba bersabar menghadapi kesesakan hidup, melatih diri agar semakin berkarakter, dan pada akhirnya bisa mencapai tujuan religiusnya.
Cara Baru Memanfaatkan Metafora KehidupanÂ
Maksudnya adalah, jika saat ini anda ingin berubah dari kondisi sekarang menjadi kondisi tertentu yang anda harapkan, maka anda harus mengubah metafora kehidupan anda.Â
Sebagai contoh, selama bertahun-tahun anda memandang hidup ini sebagai sebuah  perlombaan, dampaknya anda membangun mental anda sebagai petarung atau pejuang, kemenangan adalah tujuan utama dari setiap hal yang anda lakukan.Â
Mempengaruhi pola pikir orang agar menuruti apa yang anda tawarkan, beradu argumentasi dan kemampuan demi kemenangan, serta melakukan berbagai strategi agar mendapatkan kemenangan dari pihak lain.Â
Suatu kali mungkin anda merasa capek, tidak ada rasa damai, tidak banyak teman, semua kaku dan formal, kemudian anda berpikir untuk "hidup lebih slowdown" dan menikmatinya dengan banyak kegiatan sosial dan menjalin relasi dengan semakin banyak orang.
Maka tentu saja anda tidak bisa tetap menggunakan metafora bahwa hidup ini adalah perlombaan. Jika anda masih memandang hidup ini adalah perlombaan maka anda akan terpancing untuk terus berkompetisi, mengalahkan orang lain sebagai syarat kemenangan agar tetap eksis.Â
Anda harus merubah metafora kehidupan anda dengan yang lain, misalnya "Hidup itu laksana air, memberikan kehidupan kepada setiap insan".Â
Dengan demikian maka anda akan menjadikan hari-hari anda penuh kebaikan bagi orang lain, tidak lagi melihat mereka sebagai lawan  tetapi sebagai kawan, sebagai sesama yang memiliki hak hidup sama berharganya, sehingga harus dijaga hubungan yang saling menghormati dan memanusiawikan satu sama lain.
Seorang yang pada masa kecil sering menjadi korban bullying, bisa jadi memiliki dendam yang bertumpuk-tumpuk pada sosok yang menyakitinya. Itu sebabnya sampai menjadi dewasa bertahun-tahun kemudian ia berperilaku tertutup, memandang orang lain dengan penuh curiga, tidak bisa percaya kepada siapapun, dan selalu merasa insecure (tidak aman).Â
Pengalaman bullying dimasa kecil telah membuat pikiran bawah sadarnya memberikan gambaran bahwa dunia ini kejam, maka jangan mudah menjadi baik atau dekat dengan siapapun. Gambaran inipun adalah sebuah metafora kehidupan, yaitu, "hidup ini kejam".
Untuk merubahnya maka tentu saja harus melalui banyak tahapan, dan salah satunya adalah merubah metafora "hidup ini kejam" menjadi "hidup ini indah, aku dikasihi banyak orang". Dengan demikian maka perlahan, pola pikir, pola tindak akan beranggsur-angsur lepas dari rasa insecure dan curiga menjadi terbuka dan bersahabat.
Menilik Kedalam Diri
Sekarang saatnya untuk menilik ke dalam diri, melihat ruang demi ruang di dalam hati, adakah yang perlu dibenahi? Menemukan kedamaian melalui suara hati yang mungkin terdengar kecil, lalu merubah metafora kehidupan anda, cara anda memandang hidup ini sesuai seruan kata hati.Â
Hidup lebih bermakna ketika kita menjalaninya seturut suara hati yang paling dalam, seiring suara Illahi yang menyempurnakannya hari demi hari.Â
Rahayu..
***
Referensi:
The Purpose Driven Live, by Rick Warren.
The Ultimate Introduction to NLP, by Richard Bandler.
Casual Hypnosis For Affecting People, by Ratna WP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H