Menuju anak tangga saya ditahan sebentar oleh petugas EO karena harus antri, dan jaga jarak. Petugas EO mengatakan kepada saya bahwa boleh buka masker hanya saat berfoto bersama pengantin, dan saat berfoto dilarang banyak bicara karena posisi masker dilepas.
Di ujung pintu keluar saya menerima souvenir cantik, dan tas kecil berisi nasi box pengganti menu prasmanan yang biasanya ada pada situasi normal untuk disajikan sebagai hidangan para tamu. Seorang teman tiba-tiba datang menghampiri dan mengatakan bahwa ia ditolak masuk oleh petugas EO dengan alasan kapasitas sesi 1 sudah penuh. Wah, bagus  sekali ketaatan prokesnya, benar-benar disiplin.
Oleh petugas EO ia diminta menunggu di ruang tunggu di samping gedung utama. Ruang tunggu berupa tenda besar yang terbuka dengan kursi-kursi diatur berjarak, saya cukup paham bahwa cara ini adalah cara aman demi menghindari potensi terpapar virus jika ada tamu yang OTG.
Akhirnya langkah saya sampai di parkiran mobil yang juga masih sepi. Dari kapasitas 300 mobil saya lihat hanya ada kurang lebih 50 mobil terpakir. Saya senang dengan pengalaman menghadiri resepsi ini. Sebuah acara resepsi yang sangat taat prokes pencegahan paparan virus Covid-19 yang pernah saya hadiri sepanjang masa pandemi.
Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak calon pengantin lain yang akan melangsungkan acara resepsi. Jika mengundang tamu ya harus 100% menerapkan prokes, pilih EO yang profesional dan mendapat ijin dari pihak berwenang.
baca juga: Jangan Samakan Aktivitas dengan Produktivitas
Jika tidak mengundang tamu tentu juga baik, tidak masalah di masa pandemi ini sebuah acara resepsi hanya dihadiri keluarga dekat. Yang penting adalah sudah sah status ikatan pernikahan sebagai suami-istri baik secara agama maupun  negara. Salam.