Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Recruiter Belajarlah dari Kasus Raffi Ahmad

15 Januari 2021   15:30 Diperbarui: 15 Januari 2021   15:41 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tribunnews.com

"Jujur bahwa kejadian tadi malam adalah murni karena keteledoran saya, karena kesalahan saya. Ke depan saya akan lebih mentaati protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan). 

Saya juga berharap teman-teman dan seluruh masyarakat Indonesia agar terus menjalankan protokol kesehatan, meskipun vaksinasi sedang berjalan. Vaksin dan protokol kesehatan adalah satu kesatuan," kata Raffi Ahmad dalam akun Instagramnya, Kamis (14/1/2021). Baca: sumber

Apa yang dilakukan Raffi Ahmad adalah sebuah ironi, ditengah optimisme Kepala Negara untuk mengikis penyebaran virus Covid-19 di republik ini, serta harapan besar agar para tokoh masyarakat termasuk selebritis seperti dirinya turut membangun cara berpikir masyarakat agar  semakin konstruktif, sehingga memiliki mentalitas yang sehat sebagai modal menjadi pribadi yang produktif menuju bangsa yang maju  sejajar dengan bangsa-bangsa lain. 

Baca juga: Tanggungjawab Moral Publik Figur Bagi Masyarakat

detik.com
detik.com
Tak terbayangkan betapa malunya pihak-pihak yang memberikan rekomendasi kepada Istana, ketika beberapa jam kemudian, pada hari yang sama kedapatan Raffi Ahmad melakukan kegiatan yang bertolak belakang dengan misi dipilihnya dia untuk mendapatkan kehormatan menerima suntikan vaksin corona bersama Presiden dan para tokoh dari berbagai elemen masyarakat. 

Alangkah sembrono dan gegabah dalam me-manage hal yang sangat penting ini, sebab sejarah akan mencatat kisah pemberian vaksin pertama kali di republik ini, diberikan kepada siapa saja, dan bagaimana dampaknya.

Sekarang mari kita lihat dari sudut pandang dunia kerja, khususnya profesi Recruiter pada departemen HR. Ketika perusahaan memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kinerja yang endingnya tentu saja adalah kenaikan profit, maka membutuhkan berbagai sumberdaya, biasanya berupa 5M yaitu market, man, material, method, dan money. 

Man adalah bicara tentang tenaga kerja atau sumber daya manusia, yang menjadi faktor penting untuk melakukan berbagai perencanaan dan eksekusi sehingga sasaran perusahaan bisa dicapai. 

Oleh karena itu staf recruiter HRD memiliki peran dan tanggungjawab yang penting, ia bukan hanya merekrut tetapi juga melakukan seleksi untuk mendapatkan talent yang berkualitas. 

Apabila salah rekrut, akan menjadi masalah   yang terus menggelinding  semakin besar, dan dampaknya bisa sangat buruk bagi kinerja perusahaan, bukannya untung malah bisa buntung.

Sebelum melakukan proses recruitment tentu recruiter sudah memiliki job specification dan job description yang akan diumumkan kepada para pencari kerja atau job seeker.  Tujuannya adalah agar yang melamar sudah terseleksi dari awal, yaitu hanya yang sesuai dengan spesifikasi saja dan tidak melebar kemana-mana. 

Setelah terkumpul sekian banyak calon karyawan, langkah berikutnya adalah melakukan seleksi. Seleksi bisa dilakukan dari mulai ujian kemampuan teknis yang sangat spefisik sesuai tuntutan pekerjaan, psikotes, dan wawancara. Semua hasil tes seleksi tersebut menjadi bahan keputusan akhir untuk disetujui pimpinan.

Pada kasus Raffi Ahmad, nampaknya orang yang berperan sebagai recruiter hanya semata-mata melihat bahwa ia adalah seorang influencer dengan followers yang sangat banyak, memang kalau dilihat dari akun IG raffinagita1717 memiliki followers sebanyak 49.487.826 orang, jumlah yang sangat besar. 

Mungkin recruiter berpikir bahwa dengan dipilihnya Raffi akan memberikan dampak yang luas bagi anak-anak muda millenials mulai dari followers-nya dan akhirnya memebri efek domino menjangkau lebih luas. 

Namun sang recruiter lupa melakukan penyelidikan lebih mendalam tentang karakter dan style Raffi yang bukan pekerja kantoran, bukan aparatur sipil yang terbiasa bekerja dengan serangkaian SOP yang kaku. Ia adalah seorang entertainer, yang berjiwa bebas dalam bekerja, dan bereksplorasi. 

Sang recruiter nampaknya juga tidak menyiapkan serangkaian antisipasi hal-hal apa yang boleh dilakukan atau dihindari oleh seorang Raffi setelah proses vaksinasi, mengingat ia diberikan misi khusus yaitu memberikan pengaruh positif kepada segmen masyarakat usia remaja dan pemuda bahwa vaksinasi memberikan manfaat yang baik sehingga tidak perlu kuatir, dan secara psikis memberikan inspirasi kepada  mereka untuk siap menerima vaksinasi juga.

Baca juga: Pemimpin yang Menginspirasi

Bukti keberhasilan seorang recruiter melakukan rekrutmen dan seleksi adalah ketika talent yang dinyatakan dipilih atau  diterima mampu bekerja sesuai dengan job description yang diberikan, melaksanakan pekerjaan sesuai Standard Operating Procedures atau instruksi kerja yang ditentukan. 

Selain itu talent juga mampu memenuhi masa periode kerja yang disepakati bersama, dengan target-target yang harus dicapai. Semua itu harus diletakkan dalam satu hubungan kerja yang disepakati dalam kontrak kerja yang profesional, atau berupa perjanjian kerja bersama.

Hati-hati, jangan salah rekrut!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun