Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Imanuel di Mata Seorang Anak Gembala

24 Desember 2020   15:48 Diperbarui: 24 Desember 2020   15:53 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:majalahbuser.com

Menggembala kerbau tidak hanya menuntun dan mengarahkannya ke lapangan rumput atau ke sungai saja, saya juga pernah kena marah habis-habisan gara-gara si kerbau.

Peristiwa pertama, saat menggembala kerbau tiba-tiba ada suara penjual getuk pakai gerobak sepeda lewat, jarak antara jalan dengan tempat saya menggembala kira-kira tiga ratus meteran. Jadi saya mendengar suaranya dari jauh. Saya berlari kencang untuk membeli getuk karena saya suka getuk, dan dikantong celana pendek saya ada uang seratus rupiah, uang yang cukup berarti pada masa saya kecil. 

Pada saat kembali, dua ekor kerbau saya sedang melintas ditengah sawah yang padinya mulai menguning. Sepanjang lintasan si kerbau semua batang padi roboh rebah dan rusak. Pemilik sawah yang sedang mencari rumput disebelah ujung berlari ke arah saya dan marah-marah. Hmm untung dia tahu saya anak siapa, sehingga dia tidak terlalu semangat melanjutkan marahnya. 

Peristiwa kedua terjadi di lain waktu, ketika saya menggiring kerbau-kerbau itu pulang. Dari tempat menggembalakan menuju rumah, saya harus membawa kerbau-kerbau itu menyeberang jalan raya lalu berjalan dipinggirnya sepanjang kurang-lebih tiga ratus meter lalu berbelok masuk ke jalan desa. 

Nahasnya saat berjalan dipinggir jalan raya yang sebenarnya masih sepi pada masa itu, kerbau saya berlari. Sehingga saya harus mengejarnya agar berjalan pelan dan membelokkannya masuk kampung. Saat itulah melintas mobil colt diesel yang mengangkut penumpang. Saat saya melecutkan cambuk ke punggung kerbau, ternyata membuat si kerbau terkejut dan berlari ke tengah jalan, saya juga ikut ketengah jalan bermaksud menghalangi langkah si kerbau, pas saat itulah mobil dekat sekali dengan si kerbau dan saya. 

Pak Sopir mengerem mendadak demi menghindari kerbau dan saya tertabrak mobilnya. Habis itu ia turun memaki-maki saya...saya diam sambil ketakutan, mau nangis rasanya. Ya begitulah tanggungjawab dan resiko menggembalakan, selain harus memastikan ternak kenyang, juga memastikan dia aman.

Membayangkan aktivitas menggembala kerbau puluhan tahun lalu itu, membuat saya merenungkan makna Imanuel di hari Natal ini secara sederhana, sesederhana alam pikiran bocah penggembala. Konon Imanuel memiliki arti "Allah menyertai kita" atau "Allah beserta kita". Bahkan kalau mau mempelajari lebih jauh rasanya banyak sumber menarik yang bisa kita jadikan referensi bahwa pada akhirnya memang Imanuel itu betul Allah beserta kita. sarapanpagi.org

Namun apalah saya yang bukan seorang ahli agama, bukan teolog, bukan pendeta atau pastur yang sekolahnya lama sekali sesuai dengan gelarnya yang banyak, yang kesemuanya itu bukti keilmuannya sebelum sah dipanggil hamba Allah.

Begini saya memaknai Imanuel, seperti halnya kerbau-kerbau saya yang butuh makan-minum untuk tetap hidup, demikian pula-lah saya sebagai manusia, sebagai umat-Nya. Kerbau-kerbau saya butuh dituntun ke lapangan rumput yang luas, butuh dituntun ke sungai yang airnya jernih dan banyak rumput hijau di tepinya, demikian pula saya sebagai umat-Nya saya juga butuh makan, butuh sumber penghasilan untuk menghidupi dan membiayai kebutuhan saya dan keluarga saban hari. 

Kerbau-kerbau saya juga perlu perlindungan, agar tidak tertabrak mobil saat pulang dari penggembalaan, mereka mungkin takut dengan deru mobil yang sewaktu-waktu bisa membahayakan nyawanya. Saya juga takut dengan wabah Covid-19 ini, saya juga kuatir manakala ada situasi yang mengancam keselamatan saya dan keluarga, tetapi seperti kerbau-kerbau itu punya gembala, demikian pula saya memiliki Gembala yang berkuasa melindungi saya.

Saya punya Gembala Agung yang senantiasa setia menuntun saya ke padang rumput sumber kehidupan saya. Membawa ke sungai untuk saya minum sepuasnya. Melindungi saya dari ancaman apapun yang bisa merenggut nyawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun