Makan telur dan daging ayam menjadi menu favorit keluarga kami sehari-hari, selain mudah didapat, mudah cara memasaknya, dan harganya juga relatif terjangkau.
Saking seringnya makan telur, baik itu telur ceplok, telur mata sapi, telur balado, telur goreng kecap, telur dadar, dan berbagai variasinya, kita mungkin tidak tahu bahwa 1 butir telur ayam turut menyumbang 3,6% dari total kalori yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Menurut BPS dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional, Buku 2, Katalog BPS 3202001, rata-rata kebutuhan kalori orang Indonesia adalah 2.150 kalori.
Tingginya kandungan protein di dalam telur sudah tidak diragukan lagi. Dalam satu butir telur, terkandung sekitar 6 gram protein dengan 78 kalori. Selain itu, telur juga dikenal sebagai salah satu makanan yang bergizi lengkap karena juga mengandung vitamin, mineral, lemak sehat, dan antioksidan yang berguna untuk kesehatan mata dan nutrisi otak.Â
Dada ayam dikenal sebagai makanan tinggi protein, karena bagian ini mengandung lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan bagian lainnya. Dalam dada ayam tanpa kulit mengandung 284 kalori dengan 53 gram protein, https://www.halodoc.com/artikel/6-pilihan-makanan-yang-tinggi-protein
Nah sekarang kita menjadi tahu jika kita sarapan dengan lauk sebutir telur ditambah dada ayam goreng, kita sudah mendapatkan energi sebesar 362 kalori dari 2.150 kalori yang dibutuhkan, atau sekitar 17% sudah terpenuhi dari lauknya saja, belum dari makanan atau minuman yang lain.
Semenjak kecil saya terbiasa makan telur, bahkan kata embah kalau tidak makan telur dan minum susu saya akan nampak lemas dan lunglai seperti kue dodol. Jadi embah saya seringkali membuatkan telur istimewa buat saya supaya makan lahap dan riang bermain kembali. Saya selalu mengamati bagaimana beliau memasak telur itu sehingga rasanya enak sekali, sebuah cara masak kuno alias sangat tradisional ala pedesaan. Sesuatu yang sudah tidak saya temui lagi puluhan tahun kemudian. Embah memasak telur dengan 2 cara istimewa.
Cara pertama, telur ayam yang diambil dari petarangan tempat ayam bertelur dibersihkan dengan dicuci, lalu dibenamkan didalam abu panas hasil perapian tungku kayu bakar di dapur. Di pedesaan hampir semua kaum ibu memasak dengan menggunakan tungku kayu bakar, tungku biasanya terbuat dari batu putih atau dari gerabah tanah liat.Â
Kayu yang sudah habis terbakar akan menyisakan tumpukan abu panas dibawahnya, nah abu panas ini ditarik dengan serok batok kelapa ke mulut tungku jadi agak diujung luar, lalu telur tadi dibenamkan di dalam abu panas tersebut. Sambil melakukan aktivitas lain seperti menguleg sambel atau mencuci beras, maka kira-kira lima belas menitan telur benam tersebut sudah waktunya diambil. Telur selanjutnya di bersihkan dengan lap kain, lalu dikupas cangkangnya. Wah aroma harumnya sungguh membuat lapar dan ingin segera makan.
Cara kuno yang kedua adalah menggoreng telur dengan menggunakan daun pisang. Kembali lagi ke alam pedesaan yang serba alami, biasanya para ibu memiliki perkakas dapur yang sebagian besar terbuat dari gerabah tanah liat. Wajan gerabah adalah media yang sangat bagus untuk menggoreng telur beralas daun pisang, sebab panasnya terdistribusi dengan baik sehingga cepat matang, dan daun pisangnya tidak akan lengket ke permukaan wajan gerabah tersebut, berbeda jika menggunakan wajan alumunium.Â
Caranya juga sederhana, wajan gerabah dipanaskan diatas tungku kayu bakar sampai permukaan atas terasa hangat, lalu letakkan daun pisang yang sudah dicuci bersih, boleh selembar atau dua lembar. Setelah itu ceplokkan telur diatasnya dan lihat perubahan bentuk yang terjadi, telur ayam yang cair akan perlahan-lahan membeku menjadi padat, tambahkan sedikit garam untuk menambah rasa nikmat dengan cara menaburkan pada permukaan telur saat masih encer.Â