Tulisan ini tidak akan banyak menolong anda yang sudah telanjur menjadi generasi sandwich, tetapi bermanfaat untuk generasi penerus anda agar tidak terjebak menjadi generasi sandwich di masa depan.
Struktur bagian dari roti sandwich terdiri dari selembar roti, kemudian diatasnya ada kumpulan daging bersama sayuran dan bisa juga ditambah keju dan lain-lain, lalu ditutup dengan selembar roti lagi di posisi paling atas. Jadi ada tiga bagian yaitu bagian bawah, tengah, dan atas.
Nah generasi sandwich  dianalogikan  sebagai bagian tengah dari struktur roti sandwich, ia terjepit ditengah, terjepit diantara generasi sebelumnya yaitu orang tua dan generasi setelahnya yaitu anak-anaknya. Yang dimaksud terjepit adalah bahwa generasi ini menanggung beban ekonomi  keluarga, spesifiknya adalah beban finansial untuk orang tuanya dan juga beban finansial untuk anak-anaknya.Â
Di masyarakat kita menjunjung-tinggi orang tua adalah hal yang sangat mulia dan terhormat, sesuatu yang sangat dianjurkan oleh agama, budaya, dan telah menjadi nilai utama kehidupan. Sehingga tidak sedikit orang tua yang memiliki prinsip  bahwa anak adalah harapan masa tua mereka, yang akan merawat, dan menolong sampai akhir hayat.
Alangkah baiknya jika seorang anak mampu memuliakan orang tua dengan merawat dan menolong dikala usia senja mereka. Â Namun fakta tidak bisa dipungkiri bahwa banyak anak yang tidak mampu memuliakan orang tuanya karena faktor ekonominya yang kurang baik, Â baru mampu mencukupi kebutuhan keluarganya sendiri, sehingga terseok-seok ketika harus merawat orang tua yang telah berjasa banyak dalam kehidupannya.
Di sini terjadi pergulatan emosional dalam diri kedua belah pihak, disatu sisi anak tetap terpanggil jiwanya untuk berbakti kepada orang tua yang sudah berusia senja dan tidak produktif lagi padahal ia sendiri tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai, dan disisi orang tua sebenarnya juga merasa tidak enak kepada anak karena merasa membebani anak yang sedang berjuang keras  membangun keluarganya sendiri.Â
Tanpa bermaksud tidak sopan atau melanggar etika, mari melihat secara riil sehingga bisa berpikir rasional untuk lepas dari jebakan generasi sandwich yang pada akhirnya bisa memuliakan orangtua dan menjamin kehidupan anak-anak penerus pohon kehidupan keluarga. Sebagai contoh anggaplah pak Amin berusia 35 tahun memiliki 2 orang anak masih usia TK dan SD, ia hidup bersama dengan istri dan kedua anaknya tersebut sebagai keluarga kecil, pak Amin adalah karyawan perusahaan swasta dengan jabatan supervisor.
Keluarga pak Amin juga harus menanggung kedua orang tua mereka  anggaplah ayah dan ibu yang berusia 60 tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik atau BPS, angka harapan hidup orang  Indonesia pada tahun 2018 ada di kisaran 72 tahun, anggaplah ditahun 2020 ini masih sama. Dengan demikian maka diperkirakan  keluarga pak Amin akan menanggung kedua orang tua mereka untuk 12 tahun kedepan sekaligus menanggung masa depan anak-anak mereka sampai 25 tahun mendatang.
Jika semua kondisi diasumsikan baik, yaitu kondisi keuangan, kondisi kesehatan, kondisi fisik dan mental baik maka harapannya adalah orang tua tetap sehat dan panjang umur, anak-anak juga bisa sekolah atau kuliah dengan baik bahkan bisa menghantarkan sampai ke jenjang pernikahan. Namun bila salah satu kondisi tersebut ternyata kurang baik, maka bisa menjadi faktor yang merugikan sebab menjadi beban yang akan memperburuk situasi keluarga.
Setiap orang tua tentu tidak ingin anak-anaknya hidup terbebani di masa depan, yang didoakan pasti anak-anak bisa hidup sejahtera dan bahagia, sehingga orang tua bisa terus menikmati masa senja dengan sukacita, bersama anak-anak dan cucu-cucu yang lucu. Oleh karena itu baik orang tua yang ingin tetap hidup bersama anak karena sebuah kedekatan emosional, ataupun orang tua yang memilih tetap hidup mandiri, adalah bijaksana jika semenjak masih usia produktif merancang agar anak-anaknya kelak tidak terbebani secara finansial  karena terjebak sebagai generasi sandwich.  Bagaimana caranya?
Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menyiapkan dana pensiun yang cukup memadai. Dana pensiun dipersiapkan sedemikian rupa sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan finansial sejak tidak lagi bekerja atau pensiun sampai dengan akhir hayat.
Menurut organisasi buruh internasional (ILO) seorang yang sudah pensiun dikatakan masih hidup layak bila memiliki penghasilan pengganti minimal 75% dari penghasilan semula ketika masih aktif bekerja. Jadi misalkan saat ini kita memiliki pendapatan 5 juta rupiah perbulan maka saat pensiun sebaiknya masih mendapatkan penghasilan minimal 3,75 juta rupiah, asumsinya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masa senja. Dari mana penghasilan itu kita dapat? ya dari dana pensiun yang sudah kita siapkan melalui lembaga jasa keuangan.
Untuk bisa mendapatkan dana pensiun kita bisa memilih menggunakan jasa bank yang memiliki program dana pensiun, atau memilih asuransi yang dirancang khusus sehingga memberi manfaat ganda. Jika memilih asuransi maka bisa dikombinasikan dengan dana perlindungan penyakit kritis yang bisa menyerang saat masih usia produktif atau kecelakaan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Nah itulah salah satu cara menyiapkan dana pensiun agar kelak di masa tua kita tidak menjadi beban anak-anak kita sebagai generasi sandwich sebab kita sudah menyiapkan dana untuk memenuhi kebutuhan finansial kita di masa senja. Sekarang berapa usia kita dan kapan kita akan pensiun? Masih ada waktu untuk menyiapkannya. Semoga bermanfaat, dan tetap semangat supaya sehat..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H