Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kiat Membebaskan Anak dari Jebakan Generasi Sandwich

30 September 2020   17:00 Diperbarui: 2 Desember 2020   21:01 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/Alejandro Guzman

Tulisan ini tidak akan banyak menolong anda yang sudah telanjur menjadi generasi sandwich, tetapi bermanfaat untuk generasi penerus anda agar tidak terjebak menjadi generasi sandwich di masa depan.

Struktur bagian dari roti sandwich terdiri dari selembar roti, kemudian diatasnya ada kumpulan daging bersama sayuran dan bisa juga ditambah keju dan lain-lain, lalu ditutup dengan selembar roti lagi di posisi paling atas. Jadi ada tiga bagian yaitu bagian bawah, tengah, dan atas.

Nah generasi sandwich  dianalogikan  sebagai bagian tengah dari struktur roti sandwich, ia terjepit ditengah, terjepit diantara generasi sebelumnya yaitu orang tua dan generasi setelahnya yaitu anak-anaknya. Yang dimaksud terjepit adalah bahwa generasi ini menanggung beban ekonomi  keluarga, spesifiknya adalah beban finansial untuk orang tuanya dan juga beban finansial untuk anak-anaknya. 

Di masyarakat kita menjunjung-tinggi orang tua adalah hal yang sangat mulia dan terhormat, sesuatu yang sangat dianjurkan oleh agama, budaya, dan telah menjadi nilai utama kehidupan. Sehingga tidak sedikit orang tua yang memiliki prinsip  bahwa anak adalah harapan masa tua mereka, yang akan merawat, dan menolong sampai akhir hayat.

Alangkah baiknya jika seorang anak mampu memuliakan orang tua dengan merawat dan menolong dikala usia senja mereka.  Namun fakta tidak bisa dipungkiri bahwa banyak anak yang tidak mampu memuliakan orang tuanya karena faktor ekonominya yang kurang baik,  baru mampu mencukupi kebutuhan keluarganya sendiri, sehingga terseok-seok ketika harus merawat orang tua yang telah berjasa banyak dalam kehidupannya.

Di sini terjadi pergulatan emosional dalam diri kedua belah pihak, disatu sisi anak tetap terpanggil jiwanya untuk berbakti kepada orang tua yang sudah berusia senja dan tidak produktif lagi padahal ia sendiri tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai, dan disisi orang tua sebenarnya juga merasa tidak enak kepada anak karena merasa membebani anak yang sedang berjuang keras  membangun keluarganya sendiri. 

Tanpa bermaksud tidak sopan atau melanggar etika, mari melihat secara riil sehingga bisa berpikir rasional untuk lepas dari jebakan generasi sandwich yang pada akhirnya bisa memuliakan orangtua dan menjamin kehidupan anak-anak penerus pohon kehidupan keluarga. Sebagai contoh anggaplah pak Amin berusia 35 tahun memiliki 2 orang anak masih usia TK dan SD, ia hidup bersama dengan istri dan kedua anaknya tersebut sebagai keluarga kecil, pak Amin adalah karyawan perusahaan swasta dengan jabatan supervisor.

Keluarga pak Amin juga harus menanggung kedua orang tua mereka  anggaplah ayah dan ibu yang berusia 60 tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik atau BPS, angka harapan hidup orang  Indonesia pada tahun 2018 ada di kisaran 72 tahun, anggaplah ditahun 2020 ini masih sama. Dengan demikian maka diperkirakan  keluarga pak Amin akan menanggung kedua orang tua mereka untuk 12 tahun kedepan sekaligus menanggung masa depan anak-anak mereka sampai 25 tahun mendatang.

Jika semua kondisi diasumsikan baik, yaitu kondisi keuangan, kondisi kesehatan, kondisi fisik dan mental baik maka harapannya adalah orang tua tetap sehat dan panjang umur, anak-anak juga bisa sekolah atau kuliah dengan baik bahkan bisa menghantarkan sampai ke jenjang pernikahan. Namun bila salah satu kondisi tersebut ternyata kurang baik, maka bisa menjadi faktor yang merugikan sebab menjadi beban yang akan memperburuk situasi keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun