Pada mulanya sebagai orang tua kami tidak begitu menaruh perhatian, tetapi ketika anak ini mulai sering minta kertas bekas yang ada diatas printer, bertanya tentang istilah-istilah asing yang belum pernah didengar, asyik dengan pensil, spidol, gunting tiap kali pulang les maupun selepas latihan tae-kwondo kamipun mulai acuh kepadanya lebih lagi. Ternyata anak ini sedang asyik membuat stiker-stiker pesanan teman-temannya.
Ya stiker ini dibuat dengan sketsa tangan menggunakan pensil, spidol, crayon, kemudian dilapis dengan isolasi bening agar kaku dan tahan air, sudah selesai.Â
Beberapa stiker karyanya berupa tulisan sederhana yaitu PUBG dan Free Fire, beberapa yang lain adalah gambar bunga, gadis berambut kepang, payung dan rintik hujan, dan tulisan nama diri.Â
Menurut Eci dalam dua minggu ini ia sudah membuat lebih dari 30 stiker dengan harga mulai Rp 500,00 sampai dengan Rp 1.000,00 dan hasil penjualannya sudah lebih dari Rp 35.000,00. Ia ingin menambahkan uang hasil jualan stikernya itu ke tabungannya di sebuah bank yang bekerja sama dengan sekolahnya.Â
Sekarang ia memiliki saldo Rp 400.000,00 diluar uang hasil penjualan stikernya yang belum disetor. Dengan memiliki uang sendiri Eci merasa lebih bangga dan puas, kalau ingin belanja sesuatu ia bisa memakai uangnya sendiri. Belanja yang paling ia sukai adalah membeli buku bacaan seperti Smartgirls, KKPK, Teen-Teen Series, dan lain-lain.
Ketika saya bertanya bagaimana perasaan Eci ketika sudah banyak teman sekelas yang ikut jualan ia menjawab ada sedihnya tapi ada pula senangnya. Â Sedihnya karena jadi banyak saingan heee..senangnya karena menginspirasi teman-teman lain untuk kreatif mendapatkan uang saku sendiri.
Lepas dari potongan-potongan stiker yang dibuatnya, dan berapapun yang ia dapat dari hasil penjualan itu kami tidak pernah mempermasalahkannya. Kami cukup senang dan salut atas kreativitas, dan keberaniannya untuk menjual karyanya (baca: idenya) kepada teman-teman sekelas dan kelas-kelas lain. Â
Semoga daya krativitas ini  bisa tersemai menjadi lebih baik lagi di masa depan, karena setiap generasi akan memiliki prestasinya sendiri, seiring dengan permasalahan dan tantangan yang mengikutinya. Sekali lagi obah mamah, ana dina ana upa.Â
Salam Damai...