Mohon tunggu...
Art Studio 16
Art Studio 16 Mohon Tunggu... profesional -

Pekerja Seni dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

*Melukis dengan Ludah Pinang: Asli, Sehat, dan Alami

3 Desember 2012   11:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:15 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_219503" align="alignnone" width="617" caption="lukisan Ludah Pinang ABSTRAKSI #1 Karya Lanjar Jiwo 2012"][/caption] Berkarya lukis dengan ludah pinang, tidaklah sederhana dan bukan hal yang mudah saja. Seseorang yang mencoba meludah di atas kanvas, akan kesulitan jika tidakterbiasa makan pinang. Umumnya ketika membuat sebuah motif lukisan, orang akanmembuat pola terlebih dahulu di atas kertas, kayu, seng, atau teknik stensil. Tapimeludah pinang dan membuat lukisan yang diinginkan dibutuhkan kemahiran,ketepatan meludah, dan kesabaran mengunyah pinang agar memperoleh efek warna dan bentuk lukisan tertentu. Berbeda dengan cat, ludah pinang jelas alami,tidak mengandung zat kimia apapun, serta warnanya terbukti mampu bertahanhingga ratusan tahun.Untuk melestarikan budaya makan pinang, beberapa pelaku seni tradisi sertamasyarakat kampung di Papua Barat mencoba mengulang kembali teknik lukismasa lalu tersebut dengan berkarya menggunakan ludah pinang. Karya-karya ini dituangkan pada tembok, kulit kayu, kain, kertas, dan balok kayu. Seorang senimanpatung asal Papua Barat, Yesaya Mayor dari Sanggar Seni Budaya Koranu Fyak,Raja Ampat, juga telah mencoba menggunakan ludah pinang untuk berbagai bentukmotif di atas kulit kayu, kertas, dan daun lontar. Lanjar Jiwo, seorang perupa dari jogja , bersama-sama dengan masyarakat suku Maybrat di pegunungan Tamrautelah menorehkan ludah pinang sebagai pewarna alami pada patung-patung Karwar buatannya. Sedangkan masyarakat kampung Waifoi dan Warimak, Distrik TelukMayalibit, Kabupaten Raja Ampat mencoba meludah pinang di atas kertas dan kain.Nilai-nilai budaya seringkali merupakan ungkapan nyata dari kearifan generasi terdahulu dalam beradaptasi terhadap lingkungan dan menjalankan kehidupan secara lebih sejahtera. Budaya menginang dengan segala keanekaragaman cara dan nilai yang dikandungnya merupakan salah satu warisan pengetahuan tradisional yang memiliki nilai-nilai positif, sehingga perlu dilestarikan, termasuk pada masyarakat di Papua. * Tulisan Katalog Pameran Lukisan Ludah Pinang  : Pameran Lukisan Ludah Pinang Tembi Rumah Budaya Yogyakarta .2009 ( melukis ludah pinang bersama ) Papuan  voice   Goethe Institute Jakarta .2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun