Jangan terlalu serius nanggapin judul postingan ini. Hehe. Berawal dari nonton ajang Final Miss Indonesia 2014 semalem (Senin, 17 Februari 2014).
Sejak kecil, memang suka menonton ajang seperti ini. Wanita-wanita cantik dari 33 provinsi beradu MISSÂ (Manner, Impressive, Smart, Social)~katanya siih gituu
Sebenarnya, lebih menikmati menonton deretan wanita cantik, tinggi, kurus, kulitnya bagus dengan balutan gaun dan riasan yang beauty banget gitu. Sampai ke salah satu finalis dengan selempang bertulis 'MALUKU'. Setelah disebutkan namanya,
'Hmm, rasanya kayak kenal gitu'
Nah, iya ! ternyata memang adik kelas sewaktu SMA.
Tapi kok, MALUKU? Ahh, mungkin dia kelahiran Maluku, atau orang tua maluku, atau pernah besar di Maluku? Radar kepo pun mencuat.
Adik kelas ini murni kelahiran Purwokerto, bersekolah SD, SMP, SMA sampai kuliah di Purwokerto. Lalu, kok bisa-bisanya Maluku. Kepo pun berlanjut ke pemenangnya. Finalis asal Sulawesi Barat berhasil pake selempang Miss Indonesia 2014.
'Wuiih, putihnyaa"
~Mulai curiga lagi
Kalo liatin pemain bola asal sulawesi dan daerah timur gitu kan eksotis kulitnya cokelat. Tapi kok perempuannya, hmm, ah, sekarang kan emang jamannya udah bisa nyulap kulit tubuh yang tadinya Kecoklatan jadi Koreaan.
Di profilnya, pemenang ini ternyata kelahiran Yogyakarta, dan kuliah di Jakarta. Hmm, sejauh informasi yang ada, ngga ada serempetannya sama sekali ke Sulawesi Barat. Ya mungkin om nya orang Sulawesi Barat, atau orang tuanya dari Sulawesi Barat yaah.
Dari sampel dua finalis itu, kok bisa ya? Jadi, ini semua cuma pura-pura? Pura-pura asalnya dari Maluku. Pura-pura mewakili Bali padahal selama hidupnya di Purbalingga? Oke kalo ajang ini mencari wanita Indonesia yang memenuhi standar kecantikan internasional. Tapi, ngapaaiiin gitu pake provinsi-provinsi kalo emang tujuannya buat itu?
Finalis -yang adik kelas- ini memang atlet internasional. Punya prestasi medali peran taekwondo PON dan medali emas di kejuaraan taekwondo ASEAN. Cantik, personality bagus, punya prestasi internasional, sudah lebih dari cukup buat diadu. Justru identitas 'Maluku' nya jadi bikin underestimate. Toh di ajang ini ngga ada pentas bakat nyanyi lagu daerah, nari, apa promosi daerah gitu.
*Kebayang orang Cilacap nyanyi lagu Apuse versi ngapak atau orang Purwokerto pake selempang Papua.
Lama-lama jadi seru buat bahan guyonan sama temen. Sampe temen saya malah ngeledek
'Jadi penonton polos banget, jangan heran sama konspirasi kaya gitu'
Duhai penyelenggara,
Ngga perlu lah mengait-ngaitkan unsur ke-Indonesiaan kaya gitu, kalo akhirnya identitas itu cuma 'Pura-Pura' dan pemenangnya pun nanti ikut ajang internasional yang stigmanya 'nggak Indonesia banget'
Jadiin finalisnya ada 100 sekalian gitu, kalo cuma nyari wanita yang memenuhi standar kecantikan internasional. Kan jadi lebih rame. Penonton pun suka-suka milihnya. Kalo sekarang, bisa disebut pembohongan ngga ya, pake selempang-selempang gitu?
Kalo pun daerah saya, Jawa Tengah diwakilin sama orang Bali, kayaknya bakal percaya-percaya aja. Lha wong yang ngembel-embeli cuma selempang. Ngga mungkin pasang biodata di depan badannya. Yah, kalo pada akhirnya yang disajikan di panggung itu seperti adanya di selempang. Identitas 'Pura-Pura'
Jadi beranggapan, mekanisme nya pun berarti seperti itu.*saya ngga tau gimana mekanismennya. Tinggal penontonnya aja yang ngga usah militan-militan amat dukung atas nama provinsinya.
Hahaha.
So, jadi penonton sekarang jangan gampang percaya.
Lha wong itu cuma 'Pura-Pura'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H