Mohon tunggu...
Lang LangIsaka
Lang LangIsaka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

The journalist

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Todanan, Desa yang Kental akan Budaya

6 Juni 2022   19:55 Diperbarui: 6 Juni 2022   20:00 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada berbagai jenis budaya Todanan yang keberadaannya masih eksis hingga saat ini. Barongan yang digunakan dalam setiap acara sedekah bumi, sunatan, ulang tahun, dan lain-lain.Lamporan setiap malam satu suro, acara barongan malam yang sebelumnya sederhana, hanya sekedar barongan mengelilingi empat titik desa dengan membakar kepangan daun kelapa di empat titik tersebut, kemudia dikemas secara apik dan terkonsep oleh tokoh masyarakat bernama Supat. Beliau selalu memunculkan ide-ide baru demi keberlangsungan acara di Todanan. Pemilik Omah Budaya Upat Upat Bumi ini banyak berkontribusi dalam setiap pelaksanaan acara kesenian di Todanan. Konsep lamporan sederhana dikembangkan beliau dengan wajah baru bernama Parade Obor Nusantara. Konsep megah nan klasik ini ditujukan untuk mendobrak sasaran audiens yang semula hanya berasal dari warga Todanan, menjadi tontonan umum, bahkan dari luar kota Blora pun turut serta meramaikan acara tersebut. Sedekah bumi, acara syukuran kepada ibu bumi yang telah melimpahkan rezeki dan kebaikan terhadap seluruh penduduk Todanan, dengan menghasilkan tanah yang subur dan air yang melimpah ruah.
Menjaga budaya bisa dilakukan dengan banyak hal. Tentunya yang berkaitan dengan sila ke 3 adalah, rutin mengadakan acara khas tahunan dengan menampilkan wajah baru setiap tahun serta mengemasnya dalam konsep yang rapi dan matang. Pengadaan acara tersebut bisa menjadi ajang dalam mempererat tali silaturahim antar warga di desa Todanan. Misalnya mengadakan acara "kondangan", masyarakat bisa berkumpul bersama dan memakan hasil panen, serta bersama-sama berdo'a untuk kebaikan tanah yang mereka pijaki, dan menjadi sumber pangan mereka setiap harinya. Masyarakat saling bahu membahu dalam mempersiapkan acara tersebut, misal dalam sedekah bumi diadakan acara seperti barongan dan bujang ganong, dangdut, campursari, dan lain lain. Masyarakat ikut serta dalam mempersiapkan tumpeng, konsumsi untuk para pemain dan undangan, membayar kas yang telah ditentukan untuk menyewa suatu sanggar barong, atau grup dangdut tertentu, dan bekerja sama dalam bersih desa untuk memperindah penampilan desa tersebut.
Beberapa tahun yang akan datang, generasi angkatan kita yang akan memipin daerah yang kita tempati. Sehingga, kalau bukan kita sendiri yang mempunyai kesadaran dan tanggung jawab akan tugas menjaga budaya kita, maka seiring waktu budaya tersebut akan hilang seiring dengan digerusnya perkembangan zaman yang tak pernah kenal dengan kata henti ini. Sehubungan dengan hal tersebut, orang tua akan meninggalkan kita secara bergantian. Jika kita tidak segera mempelajari budaya kita, maka budaya kita akan mati seiring hilangnya orang-orang yang mengerti akan kebudayaan tersebut, sehingga budaya yang dulu diagung agungkan oleh tetua kita, yang seharusnya dijaga dengan apik, dan dikemas secara rapi akan berakhir menjadi sejarah, dan tak seorangpun bisa meneruskannya.
Hal yang paling menggoyahkan anak muda zaman sekarang adalah budaya luar yang memasuki negara ini. Tidak semua hal tersebut bernilai negatif, akan tetapi banyak anak muda yang lalai dan mengagungkan budaya yang bukan milik kita. Hal yang seharusnya tidak terjadi, karena bagaimanapun kita harus bersama sama mencapai tujuan kita dengan menghindari penggerusan budaya lokal oleh budaya luar yang sangat mendominasi di era ini.

Supat, pegiat seni di Todanan yang mendirikan Omah Budaya Upat Upat Bumi menuturkan, semua bangsa punya budayanya masing masing. Jika budaya leluhur sendiri tidak kita jaga, hal tersebut justru memicu kebudayaan bangsa lain untuk lebih mudah menyingkirkan tradisi lokal bangsa kita. Sehubungan dengan hal tersebut, maka niscaya bangsa ini akan mudah dipecah belah hingga persatuan dan kesatuan bangsa ini mudah dihancurkan. Karena apapun yang berdiri jika bukan dari akarnya sendiri akan mudah di adu domba oleh bangsa lain,dan bangsa ini akan lemah karena masih sibuk dalam pencarian identitas diri sendiri. Padahal dengan memelihara akarnya sendiri, itu sama saja dengan memelihara jati diri dan identitas yang sudah diracik oleh pendiri bangsa, serta terhindarkan dari kasus krisis identitas.
Pancasila terlahir dari garbha kebudayaan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila tertanam pada norma adat dan kebudayaan rakyat Todanan. Ini sekaligus menunjukkan relevansi antara nilai yang terkandung pada Pancasila dengan kebudayaan Todanan yang mencakup tata cara adat, kesosialan, agama, filsafat, serta ekonomi. Hal ini sekaligus memperkuat pandangan Notonagoro bahwa bangsa Indonesia berpancasila dalam adat adat, pada budaya, keagamaan serta dalam kenegaraan. Gerakan membumikan Pancasila jua harus menyentuh daerah -- daerah tersebut serta tidak hanya mendudukkan Negara menjadi subyek Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun