Dalam hal merekrut peserta didik serta kestabilan pembiayaan, sekolah negri tentu lebih unggul karna terjamin oleh pemerintah. Namun di samping itu, dalam hal kualitas, sekolah swasta (khususnya SD) jelas masih dapat bersaing dengan sekolah negri.
Tak dapat diingkari bahwasanya "persaingan" kini bergeser antar sekolah-sekolah swasta. Otonomi yang diberikan pemerintah berupa keleluasaan mengelola sekolah dengan sistem school based management membuat sekolah-sekolah swasta berlomba-lomba memunculkan inovasi serta kekhasannya dalam rangka memikat para calon orangtua siswa. Sebagian besar sekolah swasta pun kini telah dikelola dengan cukup profesional layaknya lembaga profit.Â
Tak ayal pendekatan-pendekatan perusahaan (company approach) banyak digunakan dalam menjalankan roda organisasi sekolah. Salah satu bentuk pendekatan yang digunakan yaitu school position analysis dalam rangka melihat sejauh mana posisi tawar sebuah sekolah di hati masyarakat yang menjadi target pasarnya.
Apa itu SPA (School Positioning Analysis)?
Setiap sekolah pastinya ingin hadir sebagai jawaban dari keresahan-keresalah para orangtua dalam memilih lembaga pendidikan yang cocok untuk putra-putri mereka. Oleh karenanya setiap kebijakan sekolah hendaknya didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang ada saat itu. Analisis School Positioning akan membantu setiap pemimpin lembaga pendidikan dalam menentukan kebijakannya.
Menurut kokemuller (2016) positioning analysis merupakan sebuah proses dari sebuah analisis bagaimana sebuah brand diterima oleh pasar.Â
Sementara itu Kertajaya (1997) mendefinisikan positioning analysis sebagai jawaban dari pertanyaan akan sebuah produk, jasa, lembaga, perusahaan, orang bahkan negara yang dapat menghasilkan keunggulan di benak orang yang ingin dicapai karena produk harus dipersepsikan berbeda dengan para pesaingnya.
Sementara itu saya beranggapan dalam membuat sebuah analisa "positioning school" seseorang hendaknya mengetahui hal-hal sebagai berikut, antara lain; segment, frame of refference, point of differentiation dan competitive edge. Setelah mengetahui ke empat elemen tersebut, maka seorang analis akan lebih mudah mengetahui school positioning yang telah dicapai. Oleh karenanya penulis akan menjelaskan secara rinci keempat komponen tersebut.
Setiap pengguna jasa Pendidikan (wali murid) memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam menentukan sekolah mana yang akan menjadi pilihan bagi buah hati mereka. Membagi para wali murid ke dalam beberapa segment akan memudahkan sekolah untuk menentukan target "pasar" mereka. Diantara segmentasi yang dapat digunakan yaitu;
-Geographic Segmentation
Segmentasi geografis meliputi bangsa, wilayah, negara, kabupaten, kota, atau wilayah yang menjadi tempat para calon orangtua siswa berasal. Pada umumnya mereka mencari sekolah yang dekat lokasinya dengan tempat tinggal mereka, walaupun ada juga kadang yang berasal dari kota yang berbeda namun hal tersebut bersifat kasuistik. Sebagai contoh, bagi sekolah-sekolah yang berlokasi di Depok pangsa pasar mereka jelas yaitu warga Depok, meskipun setiap tahunnya ada saja yang mendaftar bertempat tinggal di Bogor atau Jakarta.
- Demographic Segmentation
Segmentasi Demografis membagi para calon orangtua siswa kedalam variabel pekerjaan, usia dan tingkat pendidikan. Misalnya di sekolah tempat saya mengajar, hampir 100% orangtua siswa berasal dari kalangan berpendidikan minimal sarjana (S1) dan pekerjaan yang dominan adalah karyawan swasta. Adapula PNS, wirausahawan dan guru.