_Sekelumit Kisah Toxic Parent_
Siang itu, rekan saya sesama guru mendapatkan telpon dari salah satu orangtua murid di kelasnya. Dengan lirih sang ibu bercerita tentang anak satu-satunya yang saat ini duduk di kelas 4. Si anak sudah tidak semangat lagi sekolah, terlebih setelah pemerintah memutuskan agar para siswa belajar dari rumah melalui daring.Â
Tak hanya semangatnya yang hilang, perangai anaknya pun berubah menjadi emosional dan mudah membangkang. Selidik punya selidik ternyata sang anak kecanduan gadget. Perangkat yang difasilitasi oleh orangtuanya selama keduanya bekerja.
Awalnya rekan saya menginformasikan bahwa putra dari ibu tersebut sudah lama tidak mengikuti pembelajaran online. Jikapun hadir di kelas, si anak tidak membuka kamera dan tidak merespon guru saat dipanggil. Alhasil seluruh nilai pelajarannya juga bermasalah.Â
Sebagai wali kelas, tentunya rekan saya berkewajiban untuk mengkonfirmasi kondisi muridnya kepada orangtua di rumah. Dan ternyata benar, murid yang di level sebelumnya dikenal periang dan cerdas kini berubah.
Sesuai prosedur sekolah, rekan saya dan asistennya segera menjadwalkan untuk melakukan home visit ke kediaman murid tersebut. Namun hal yang tak terduga terjadi, murid laki-lakinya itu tidak mau menemui kedua gurunya. Ia tetap berada di kamarnya di lantai atas sementara rekan saya menunggu di ruang tamu bersama asisten dan ibunda si murid.Â
Sempat muridnya tersebut keluar sebentar karna dipanggil oleh bundanya namun ketika ia melihat rekan saya, dia kembali ke kamarnya sambil mengucap, "ah ibu...ganggu aja, kayak nggak pernah muda aja.." ucapnya ketus sambil berlalu.Â
Sang bunda hanya bisa mengelus dada dan menghela nafas tanpa bisa berbuat banyak. Belakangan ia baru menyadari bahwa keputusannya memberikan fasilitas gadget tanpa kontrol yang ketat telah menjadikan ia sebagai toxic bagi buah hatinya.
_Apa itu toxic parent?_
Toxic secara bahasa artinya adalah racun, sementara parent yaitu orangtua. Dewasa ini penggunaan kata toxic tidak hanya untuk dunia kesehatan atau kedokteran saja.Â
Kata toxic ramai digunakan oleh masyarakat untuk menggambarkan sebuah hubungan yang tidak wajar. Oleh karenanya lahirlah istilah-istilah seperti; toxic relationship, toxic friendship dan lain sebagainya.Â