Tombol lift, pegangan tangga, gagang pintu, tombol flush toilet, bisa menjadi titik penularan virus corona. Resiko penularannya bisa terjadi kalau ketika sehabis menyentuh benda-benda di sekitar kita, kemudian kita menyentuh mata, mulut, hidung. Â Jadi kesimpulannya untuk mengurangi resiko penularan maka minimalkan pegang-pegang, dan hindari kebiasaan pegang-pegang (muka) sehabis pegang-pegang (barang).
Terdapat sejumlah potensi resiko berkaitan pegang-pegang muka sehabis pegang-pegang barang:
- Pegang-pegang muka sendiri, sehabis pegang-pegang barang sendiri: Bila ingin dipastikan aman, maka sebelumnya perlu dipastikan kalau barang tidak dipegang-pegang orang lain
- Pegang-pegang muka sendiri, sehabis pegang-pegang barang orang lain: Nah, ini kurang aman, karena kita tidak tahu bagaimana sejarah barang tersebut
- Pegang-pegang muka orang lain, sehabis pegang-pegang barang sendiri: Tidak aman, karena akan sangat mencurigakan
- Pegang-pegang muka orang lain, sehabis pegang-pegang barang orang lain: Beresiko langsung ditonjok
Mungkin kebiasaan sering pegang-pegang saat berbelanja juga perlu diminimalisir. Padahal kita seringkali demen banget saat belanja buah dipegang-pegang, dibolak-balik, ditekan-tekan, dicium-cium baunya. Kalau penjual buahnya jutek mungkin langsung ditegur, "Jangan dipegang-pegang terus, nanti besem." Kalau di tempat perbelanjaan di bagian tertentu kadang ada tulisan "Memecahkan berarti membeli", nah mungkin di masa pandemi tulisan peringatan bisa 'ditingkatkan' menjadi "Menyentuh berarti membeli" ... hihihi ....
Kebiasaan menyentuh wajah dengan tangan bisa dilakukan secara tidak sadar, misal karena perasaan tertentu, misal lagi cemas. Contoh, menyibak rambut, menggigit kuku, ingin menggaruk karena gatal di muka, mengucek-ngucek berasa ada sesuatu di mata.
Ada yang ingat karakter Park Sae Royi, di drakor Itaewon Class? Meski nampak super dingin dan minim ekspresi, tapi ada satu kebiasaan Park Sae Royi kalau lagi judeg, yaitu mengelus-ngelus kepalanya, di situlah ekpresinya terlihat imut. Terutama kalau dirinya lagi merasa diri gagal untuk memahami perempuan.
Saya kagum pada kemampuan para tentara saat harus berjaga atau di saat upacara, bisa mempertahankan posisi sikap sempurna dalam waktu lama. Lha, dulu waktu upacara bendera di sekolah, muka atau hidung terasa gatal sedikit, tangan sudah geregetan ingin segera meraih. Apalagi kalau rambut terasa gatal, ya topi diangkat dikit, garuk-garuk sebentar sampai terasa lega.
Para penjaga istana Buckingham, misalnya, mampu mempertahankan posisi berjaga tersebut, dalam waktu lama. Padahal terbayang seragam dan terutama topi besar yang dikenakan. Coba kita yang pakai, pasti ada rasa gatal kepingin garuk-garuk terus. Padahal gangguannya belum sedahsyat tingkah polah Mr Bean ... hihihi ....
Saya paling sebel dengan orang yang punya kebiasaan menonyo kepala orang lain. Kalau di masa pandemi ini mereka masih tetap melakukannya, saya akan balas menonyo, bukan pakai tangan, tapi pakai kaki ..... haha
Bagaimana cara mengetes, apakah kita punya kebiasaan buruk dalam hal pegang-pegang ini? Nah, cara berikut bisa dilakukan di rumah saat sedang senggang. Ingat, jangan mencobanya di luar rumah.
Siapkan sebuah balsem, sebaiknya tidak perlu yang terlalu pedas (kita akan tahu mengapa). Oleskan balsem ke seluruh bagian telapak tangan kita, jari-jari, dan juga bagian belakang telapak tangan. Nah, setelah itu kita coba lakukan aktifitas seperti biasa. Dengan cara ini kita bisa mendeteksi adanya kebiasaan buruk tersebut. Nantinya, akan ada semacam "alarm" sewaktu kita mulai pegang-pegang wajah atau bagian tubuh lainnya, di antaranya:
- Hidung terasa panas: Banyak dari kita punya kebiasaan pegang-pegang hidung, kadang bukan karena gatal di hidung, hanya karena sedikit tersipu, misalnya. Bagaimana dengan yang punya hobi ngupil? Nah, terasa kan panasnya makin dalam, itu namanya panas dalam akibat ngupil .....
- Kuping terasa panas: Ini bukan karena bisik-bisik tetangga. Tetapi gara-gara suka pegang-pegang kuping. Ada juga lho orang yang suka ngorek kupingnya pakai jari kelingking, itu jelas bukan kebiasaan yang sehat meski bukan di masa pandemi sekalipun. Nah, dengan "penanda" berupa balsem itu sekarang kebiasaan tersebut jadi ketahuan kan .....
- Mata terasa panas: Gaswat nih ... Makanya jangan demen ngucek-ngucek mata, kalau bukan karena panas kena balsem, ndak bakal kapok kayaknya ....
- Bibir terasa panas: Ngapain juga pegang-pegang bibir. Bukannya lipbalm tapi balsem .... Panasnya mungkin seperti kalau kita lagi makan jambu air yang ternyata ada semut rangrangnya, menggigit dibalas gigitan ...
- Dagu terasa panas: Ada orang yang punya kebiasaan bertopang dagu, nah semasa pandemi ini jangan bertopang dagu dulu deh .... Hentikan dulu kebiasaan nyabutin bulu dagu, baik secara langsung maupun pakai duit kepengan.
- Ubun-ubun terasa panas: Bukan karena kesurupan atau lagi mikirin fisika quantum ya, tapi demen garuk-garuk karena gatal, solusinya ya sering keramas pakai shampo anti ketombe.
- Ketiak terasa panas: Hayo siapa yang waktu kecil demen nempelin telapak tangan di ketiak terus dikempit-kempit dimainin biar keluar suaranya? Stop dulu lah kebiasaan itu saat pandemi. Apa, gara-gara punya kebiasaan pegang-pegang rambut di bulu ketiak? Terus habis itu tangannya dicium baunya? Temukanlah cara yang lebih aman untuk mencari tahu bau ketiak sendiri, misalkan meminta bantuan orang lain untuk menciumnya ...
- Pusar terasa panas: Terlepas dari udelnya bodong atau ndak, berhentilah mengorek-ngorek pusar. Memangnya kalau rajin mengorek-ngorek pusar gitu bakal nemuin bitcoin?
- Bokong terasa panas: Biarpun bokong terasa gatal, tidak disarankan untuk menggaruknya secara langsung. Jaga jarak dari kolor masing-masing. Misal, kita bisa mempergunakan alat untuk penggaruk punggung yang bisa ditemukan dengan mudah di marketplace. Saya merasa penasaran, kita bisa dengan mudah menemukan alat penggaruk punggung, tetapi kesulitan menemukan alat penggaruk bokong. Padahal baik punggung maupun bokong seharusnya memiliki hak yang sama untuk digaruk. Pastilah Patrick yang tinggal di Bikini Bottom akan sangat terbantu dengan keberadaan alat penggaruk bokong. Bagaimana bila ada insiden celana dalam nylempit? Dalam melakukan 'koreksi', cukup ditangani secara "eksternal". Saat pandemi tidak disarankan mengenakan g-string. Ribet kalau mesti "mengentaskannya" setiap kali "terjerumus".
- Buah zakar terasa panas: Nah, sudah rahasia umum, kaum lelaki ada yang kadang suka garuk alat kelaminnya ... dan setelah itu dicium baunya ..... Mengapa ya pada penasaran dengan baunya? Atau mau dibandingkan dengan bau ketek?
Bagaimana bagi yang punya kebiasaan memasukkan tangan ke dalam saku celana? Bisa aman-aman saja, sepanjang kantongnya ndak bolong. Dan sebelumnya pastikan itu adalah kantong celana sendiri agar tidak mengundang komplikasi yang tidak diinginkan ..
Baiklah para sedulur, demi keamanan bersama, jangan suka pegang-pegang sehabis pegang-pegang. Lebih baik tidak usah kebanyakan pegang-pegang, apalagi pegang-pegang yang bukan haknya. Apa itu pegang-pegang yang bukan haknya? Contohnya, adalah pegang-pegang singa yang lagi bobok siang di kebon binatang. Jelas, singa tersebut bukan milik kita, ya jangan dipegang-pegang, ntar ketularan ketombe kita, kan kasian singanya .... Ntar kalau singanya gatal-gatal gara-gara ketombe emangnya kita mau tanggung jawab disuruh metani ....
Sadarilah dalam hidup ini, yang terpenting adalah mempunyai suatu pegangan, bukan kebanyakan pegang-pegang.
WYATB GBU ASAP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H