Kemenangan Hafiz/Gloria atas Siwei/Yaqiong di perempat final Japan Open, Juli 2019, mungkin juga ikut melecut motivasi Praveen/Melati, bahwa Siwei/Yaqiong bukanlah monster XD yang tak terkalahkan, terkhusus bagi para XD Indonesia.
Ada sebuah cerita mengenai episode "keluar malam" Praveen, yang sempat membuat pelatih Richard Mainaky berang hingga memberikan peringatan keras kepada Praveen. Entah bagaimana sebenarnya situasi internal yang terjadi di pelatnas, tetapi sepertinya ultimatum dari pelatih telah mencambuk Praveen untuk sanggup bermain optimal.
Baik Siwei maupun Praveen sama-sama memiliki modal penting sebagai pemain pria di XD, yaitu jumping smash menggelegar. Cobalah amati dengan slow motion, saat Siwei melakukan jumping smash, maka terlihat kakinya sampai menekuk ke belakang mengerahkan segenap tenaga.
Sementara Praveen di jajaran pemain pria Indonesia saat ini, bisa dibilang memiliki kedahsyatan smash yang hanya bersaing dengan Ahsan. Kelemahan Praveen selama ini, sering mudah kehilangan fokus sehingga melakukan error beruntun.
Sampai netizen julid berkomentar bila ada pemain yang kerap melakukan error, "Bagaikan kerasukan Ucok". Mungkin karena Praveen terlalu bersahabat dengan net, jadi pukulannya sering nyangkut. Smash menggelegar, tetapi error juga menggelegar, itulah yang menjadi kendala selama ini.
Pertandingan perempat final hari Jumat kemarin, kedua pasangan sama-sama melakukan strategi no lob. Karena bila Praveen atau Siwei memperoleh kesempatan melontarkan smash jahanam, pertahanan bisa ambyar. Praveen sangat berani melakukan drive panjang dari back court
Begitu pula Melati dengan pukulan tipis-tipis. Seolah mindset bertarung kedua pasangan adalah "Lebih baik pukulan drive menyangkut di net, ketimbang mengangkat shuttlecock langsung dihajar smash".
Untunglah, karena kali ini error Siwei jauh lebih banyak ketimbang Praveen, meski sebenarnya kalau mau jujur, keduanya sama-sama panen error. Yah, meski sudah berhasil "pecah telor", tetap saja ada netijul (netizen julid) berkomentar, "Siwei lagi kesurupan Ucok".
Begitulah yang namanya BL karbitan. Jumping smash Praveen kali ini betul-betul prima, jarang nyangkut, dan seolah sudah lulus "uji net", alias begitu smash dikirim ndak balik lagi. Jus-jus-an di akhir set ketiga, seolah menegaskan bila pertarungan berlangsung begitu menegangkan, istilah BL, "Hanya orang-orang beriman yang mampu menonton sampai selesai". Benar-benar bikin jantungan.
Meskipun poin terakhir agak bikin tanda tanya, hingga Praveen/Melati ragu untuk mengekspresikan kegembiraan. Maklum, di court 3 tidak tersedia fasilitas hawkeye, sehingga mesti pasrah pada keputusan umpire dan line judge, tidak bisa melakukan challenge.
Makna dari pencapaian ini bukanlah sekedar menjebol "tembok China" tetapi juga "tembok psikologis". Memang misi ini belum selesai, Praveen/Melati harus mampu mengeksekusi podium juara.