Ada yang membawa sirup, kue kaleng, terigu, minyak bahkan ada yang hanya membawa beberapa mie instant.Â
Salah satu dari orang tua sudah siap membawa kardus kosong untuk menampung barang yang akan dikumpulkan.Â
Jumlah siswa kelas anak saya adalah 44 jika semua mengumpulkan otomatis akan ada 44 barang. Satu kardus tentu takan cukup.Â
Karena semuanya serba spontan, maka begitu terkumpul satu wadah kardus dan dua kantong kami berikan pada Wali kelas sebagai bingkisan lebaran.Â
Wali kelas sempat menolak karena takut dianggap dirinya meminta gratifikasi. Setelah kami yakinkan bahwa kami ikhlas dan memang ingin memberikan bingkisan lebaran barulah Wali kelas menerima.Â
Memang tidak ada penyusunan indah layaknya hampers. Tidak ada juga pita atau bunga untuk menghiasi.Â
Namun wali kelas tampak terharu melihat apa yang kami berikan.Â
Pemberian bingkisan lebaran untuk guru atau Wali kelas menurut saya bukanlah hal yang negatif.Â
Mereka adalah orang tua dari anak-anak kita saat di sekolah, mereka sudah sabar menghadapi anak-anak kita, mereka botak pernah lelah menasehati anak-anak kita, maka pemberian  bingkisan lebaran untuk mereka adalah hal yang wajar dan tak berlebihan.Â
Pemberian bingkisan lebaran keroyokan menjadi sebuah persembahan istimewa yang ekonomis dan humanis.Â