Kalimat awalnya saja memang harus dibaca oleh anak yang memang sudah ahli membaca.Â
Jika dia tidak bisa membaca lalu bagaimana dia bisa mengerjakan, artinya anak memang harus sudah  bisa membaca.
Wajarlah jika kemudian para Emak memaksa Bu Guru TK mengajari anak-anak membaca sedari dini.
Untungnya  Anak kedua 2 saya terselamatkan dari kewajiban membaca dan menulis karena masa belajar TKnya terpotong pandemi yang membuatnya belajar on line.
Lalu saat masuk SD, sekolah memang menanyakan apakah anak saya sudah bisa baca, namun untungnya sekolah tersebut malah menyediakan waktu khusus nanti untuk anak belajar membaca.
Namun yang saya tangkap memang belajar bacanya di luar KBM tak di kelas.
Maka ketika Pak Nadiem Makarim Semarak Merdeka Belajar dalam Kurikulum Merdeka yang khusus membahas transisi PAUD ke SD dimana dengan tegas beliau menghapuskan test Calistung untuk masuk SD, saya girang bukan main.
Mengapa? Karena Masih ada satu lagi anak saya si Bungsu yang kini duduk di  TK kelas A .
Dengan adanya ketegasan Pak Nadiem Makarim larang tes calistung tentu saya berharap saya tak perlu repot-repot meminta guru TKnya seperti saat kedua kakaknya untuk tak mengajarkan calistung pada si Bungsu.
Dahsyatnya ketakutan emak-emak lain dalam mempersiapkan anak-anak nya masuk SD memang luar biasa hingga di masa si Bungsu ini.
Selain sama, mereka minta PR untuk anak-anaknya, tak sedikit yang sengaja memasukkan anak-anaknya Les calistung.