Selain elf saya bisa memilih bis damri. Naik bis ini relatif lebih nyaman. Â Supir damri jarang yang mengebut. Menggunakan damri jantung lebih teratur detaknya. Hanya ya kendalanya di waktu.Â
Kedatangam Damri tidak bisa diprediksi.kalai kebetulan pas saya nunggu tak lama damri memghampiri. Namun terkadang hingga nyaris sejam Damri tak kunjung datang. Dan paling sedih adalah saat saya tiba,Damri terlihat baru saja berangkat di depan mata. Sakiit rasanya ditinggal Damri.
Altetnatif selanjutnya adalah bis luar kota. Ini saya pilih jika tujuan saya daerah cimahi. Saya memilih menggunakan bis ini dari daerah cileunyi sampai tol padalarang. Kendalanya adalah bis ramai dengan tukang jualan sehingga tidak nyama karena mereka sering gigih dalam menawarkan dagangan. Meskipun pura-pura tidur mereka tetap menyimpan dagangan dipangkuan.
Sayangnya bis yang saya naiki rata-rata sudah tidak prima. Selain kursi dah butut, jalannya jiga tak mulus. Padahal melewati jalan tol mestinya kondisi bis layak jalan. Sesekali ada saja kasus bis mogok di jalan tol. Maka menggunakan bis antar kotapun bikin hati saya tak tenang sepenuhnya.
Piihan selanjutnya adalah travel. Dengan harga di atas yang lain, menggunakan travel sebenarnya lebih nyaman. Namun posisi mendebarkan adalah jika saya kebagian duduk disamping pak supir yang sedang bekerja.Â
Kenapa memdebarkan? Karena posisi di depan membuat cepatnya pergerakan travel behitu terasa. Jalan lurus atau berkelok dalam kecepatan penuh bikin jantung dag  dig dug pret.Â
Sesekali saya melihat wajah pak supir. Bukan berharap supir ganteng namun memastikan bahwa mata supir tak merah karena kurang tidur, atau sayu karena ngantuk.Â
Yang repot kalau supirnya menggunakan kaca mata hitam,saya jadi tkdak tahu kadar kengantukan matanya. Paling bisa menebak dari gayanya. Kalau sudah menguap berulang-ulang wah sudah dia sedang ngantuk pastinya.
Sekali pernah saya mendapatkan penampakan supirnya ngantuk. Setelah saya pastikan berulang-ulang selain menguap beberapa kali nyaris matanya sekuat tenaga menahan untuk tidak tertutup.
Sayapun panik. Membiarkan dia larut dengan rasa ngantuknya jelas berbahaya. Maka saya ambil langkah sok kenal sok dekat. Tanya ini tanya itu. Semata biar supirnya memikirkan jawaban sehingga kantuknya bisa terabaikan.Â