Hari ini saya sengaja mengunjungi Anton, seorang pedagang mainan anak yang cukup punya nama di seputara Sekolah Dasar sebandung Raya ini. Para pedagang mainan tahu betul bahwa tangan dingin Anton ini sering kali mampu menyediakan mainan anak yang selalu laku di pasaran.
Namun semenjak pandemi ini Anton tak bisa lagi merajai pasar mainan anak-anak di SD karena nyaris semua sekolah dasar ditutup dan belajar di rumah.
Kenyataan itu tentu akhirnya membuatnya putar otak untuk menyambung hidup. Ketika dia tak bisa berjulan lagi di sekolahan maka tentu harus mencari lapak baru. Dan harus memikirkan lagi apa yang harus dijual.Â
Beberapa bulan dia benar-benar tak menghasilkan uang, untunglah istrinya masih bekerja dan  tidak dirumahkan ,sehingga kehidupannya  dan ketiga anak perempuannya masih berjalan meskipun pasti keuangan masih terseok.Â
Hingga suatu hari sepulang mengantarkan istrinya bekerja, di pasar loak dia menemukan pedagang action pigure. Dia turun dan melihat-lihat. Entah mengapa beberapa action pigure yang dilhatnya seperti membangkitkan kenangan masa kecilnya. Sebuah karakter dragon ball ada dalam genggamannya. Memori masa kecilnya langsung bangkit. Dragon ball adalah komik pertama yang dia punya
Diapun tergerak untuk membeli. Ketika bertanya berapa harga action pigure tersebut dan di jawab 10 ribu rupiah dapat  3 pcs, tertegunlah dia. Insting dagangnya langsung muncul. Dia kepikiran buat jual kembali action pigure tersebut.Â
Tak dinyana action pigure karakter yang dia jual kembali dengan kisaran . Harga 5 sampai 10 ribu perpcs itu laku keras hanya bersisa satu dua saja. Jiwa pedagangnya pun hidup kembali.
Esok lusanya dia kembali ke pasar loak untuk mencari action pigure yang akan dijualmya kembali di pasar minggu nanti.
Yang namanya jiwa pedagang pasti kepikirannya dapat untung besar. Kalau di pasar loak saja untuk 3 pcs hanya seharga  10 ribu rupiah, apa kabar kalau di pengepulnya ya? Diapun kasak kusuk mencari informasi dimana para pedagang loak medapatkan barangnya.
Benar saja di pengepulnya action pigure ini dihargai empat ribu rupiah perkilo. Waw mata Antonpun berbinar. Seperti orang kelaparan menemukan makanan parasmanan diapun langsung beli berkilo-kilo action pigure.
Apakah kemudian action pigure yang dijualnya laku semua? Ternyata tidak saudara-saudara! Tidak semua action pigure diminati pembeli yang datang. Ada yang malah action pigurenya tak dilirik sama sekali.
Antonpun mengamati kecenderungan barang yang dipilih konsumen. Berdasarkan hasil pengamatannya ini dia analisis  pembeli action pigure itu tentang pembelinya.
1. Orang tua beserta anaknya yang membelikan mainan yang dipikirnya akan disukai anaknya karena ada di tv setiap hari. Action pigure yang laku bagi pembeli ini adalah sponge bob dkk  beani bear,dan karakter film yang banyak tayang kini lainnya
2. Anak yang minta dibelikan actiom pigure pada prang tuanya karena dia suka. Action pigure karakter di tv yang bisasa dia saksikan seperti sponge bob, bobo boy, dan banyak lagi.
3. Orang tua bersama anaknya namun orangtuanyalah  tertarik membeli action pigure dari karakter  untuk dirinya sendiri karena dia seorang pengoleksi.
Mereka begitu antusias memilih action pigure yang ramai di saat dia masih kecil. Action pigure karakter dari film kesukaan mereka seperti pokemon, batman, Â atau mario bross.
Tanpa banyak menawar, golongan ketiga ini bisa jadi membeli dalam jumlah besar jika action pigure yang tersedia  dalam satu series.
Mereka bukan anak-anak namun jiwanya masih di masa itu. Kepuasan dalam mengoleksi action pigure karakter membuat mereka kembali membeli pada Anton.
Jadi ada 3 alasan pengoleksi action pigure karakter, pertama kemiripan dengan aslinya, kedua relasi dengan masa silam, ketiga lengkap untuk setiap serinya.
Harga murah sebenarnya tak terlalu diperhitungkan oleh para pengoleksi itu karena kepuasan melebihi segalanya.
Istilah action figure ternyata pertama kali dipopulerkan oleh produsen mainan Hasbro asal Amerika Serikat. Hasbro adalah  produsen mainan pemilik merk untuk sejumlah produk ternama, contohnya seperti karakter GI Joe dan Transformers.
Era 1980-an merupakan  masa keemasannya action figure.  Sejumlah seri animasi sengaja dibuat untuk kepentingan penjualan action figure, seperti Inhumanoid atau The Centurions.
 Film kartun seperti Teenage Mutant Ninja Turtles, He-Man and The Masters of the Universe, Thundercats, atau The Real Ghostbusters pun ikut melambungkan action figure.
Nah mereka kini jadi orang tua namun berasal dari masa itu serasa kembali menemukan masa kecilnya di action pigure yang dijual Anton.
Apakah anda termasuk penggemar action pigure? Kalau ya, hubungi Anton, penjual action pigure second.
Era 1980-an pantas disebut  sebagai masa keemasannya action figure. Bahkan ketika itu sejumlah seri animasi sengaja dibuat untuk kepentingan penjualan action figure, seperti Inhumanoid atau The Centurions. Sejumlah film kartun seperti Teenage Mutant Ninja Turtles, He-Man and The Masters of the Universe, Thundercats, atau The Real Ghostbusters pun ikut menaikkan kepopuleran action figure
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H